Jumat, 24 Oktober 2008

BODOH TERIAK BODOH

Oleh : Toni Yoyo, STP, MM, MT

Dua orang Bos 'berlomba' menonjolkan kebodohan sopirnya. Bos A
kemudian memanggil sopirnya, "Sono, tolong beli mobil BMW seri
terbaru dengan uang Rp 100 ribu ini". "Baik Tuan". Dengan cepat Sono
berlalu.

Bos A dengan senyum kemenangan, "Tuh lihat sendiri kan betapa
bodohnya sopir saya". "Ah itu sih belum apa-apa dibanding kebodohan
sopirku", sahut Bos B. "Sunu, tolong cek apakah Bapak (Bos B) ada di
rumah saat ini". "Segera Tuan" sahut Sunu. Diapun segera berlalu.
Dengan tertawa keras Bos B memandang Bos A untuk menunjukkan bahwa
dialah yang menang dalam 'pertandingan kebodohan' ini.

Kedua sopir kemudian bertemu di jalan. Sono berkata, "Ampun deh
Bosku itu sangat tolol". "Ah kamu sih belum tahu kalau Bosku jauh
lebih tolol dibanding Bosmu", respon Sunu.

Tidak mau kalah Sono menyambung, "Bayangkan Bosku memberi uang Rp
100 ribu untuk membeli BMW seri terbaru. Mana mungkin
itu ???". "Masa Bos tidak tahu kalau hari ini hari Minggu. Mana ada
show room yang buka sehingga aku bisa membeli mobil BMW seri
terbaru ?".

"Iya.. ya benar juga. Tapi dengar dulu ceritaku sebelum kamu
berpikir bahwa Bosmulah yang paling bodoh". "Masa Bosku minta tolong
aku untuk mengecek apakah dia yang saat ini bersama Bosmu di sini,
ada di rumah saat ini ?. Aneh sekali". "Kan Bosku punya HP, kenapa
dia tidak langsung telpon ke rumah untuk menanyakan apakah dia ada
di rumah atau tidak saat ini?".

Mungkin kita akan tersenyum lebar membaca cerita di atas sambil
berpikir apakah benar ada orang sebodoh Sono dan Sunu, kedua sopir
tersebut.

Dalam dunia nyata, kita sangat dekat dengan orang-orang 'bodoh' yang
teriak 'bodoh' seperti kedua sopir yang mengatakan kedua Bos mereka
bodoh tanpa mereka mengerti bahwa sebenarnya mereka 'lebih bodoh'.
Bahkan, tanpa bertendensi apapun, jangan-jangan kitapun termasuk
kelompok 'bodoh teriak bodoh' ini.

Banyak orang yang terbiasa mencela orang lain terutama karena
kesalahan dan kekurangan orang lain tersebut. Tidak jarang celaan
itu muncul dari pikiran iri, dengki, takut kalah, dan lain-lain
penyakit pikiran yang banyak menghinggapi orang jaman sekarang.
Padahal setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada
keterbatasan dalam diri setiap orang. Tidak ada yang sempurna segala-
galanya. Apakah kita memiliki hak untuk mengatakan orang lain bodoh,
selalu salah, jelek, dan lain-lain yang tidak baik ? Bukankah kita
sendiri pasti pernah melakukan kesalahan dan 'kebodohan' sewaktu
kita belum 'sepintar' saat ini ?

Bos A dan B juga termasuk kelompok 'bodoh teriak bodoh' karena
mempertandingkan kebodohan sopirnya. Mereka tidak sadar bahwa
merekapun dikatakan bodoh oleh kedua sopir yang dibodoh-bodohi oleh
mereka walaupun pemberian 'cap bodoh' oleh kedua sopir kepada kedua
Bos dalam konteks yang berbeda.

Kita perlu sering 'berkaca' dan mengevaluasi diri untuk terus
melakukan perbaikan terhadap diri sendiri baik dalam tataran
pemahaman maupun perbuatan langsung melalui pikiran, ucapan dan
perbuatan.
Jangan habiskan waktu kita untuk mencari-cari kesalahan dan
kekurangan orang lain. Manfaatkan waktu tersebut untuk mengolah diri
menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan kita menjadi orang-orang yang punya
daya saing tinggi untuk berkompetisi dalam dunia bisnis atau
profesional, dan sosial kemasyarakatan.

Pada akhirnya kita tidak akan terperosok ke dalam kelompok 'bodoh
teriak bodoh' dan bisa menjadi orang-orang yang 'pintar', yang tidak
mudah memberikan klaim atau label (terutama 'bodoh') kepada orang
lain.

Information From

Tidak ada komentar: