Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Mei 2014

Makan Sehari Sekali Lebih Sehat

TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA -UMUMNYA kita mengenal kebiasaan makan tiga kali sehari: pagi, siang, dan sore dan  malam. Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun demikian—dalam bahasa Inggris pun ada kata-kata breakfast (makan pagi), lunch (makan siang), dan dinner (makan malam).
Sebagian orang menjalani kebiasaan makan dua kali sehari. Misalnya pagi cukup menyantap makanan kecil, minum teh/kopi, atau minum jus. Baru siang dan malam mereka makan lengkap. Makan dua kali sehari juga dijalani oleh mereka yang beribadah puasa.

Bagaimana dengan makan sekali sehari? Itulah kebiasaan yang ditawarkan oleh Dr. Yoshinori Nagumo (Ketua Asosiasi Kedokteran Anti Aging Internasional). Nagumo bahkan menawarkan cara makan sekali sehari sekali ini sebagai cara menuju sehat.

Menurut Nagumo, ide bahwa tubuh sehat adalah tubuh yang memperoleh pasokan gizi terus-menerus merupakan pemikiran kuno. Karena itu, kata dia, rutinitas makan yang selama ini kita lakukan sehari makan tiga kali adalah kebiasaan yang tidak sehat.

Di buku Makan Sekali Sehari terbitan Qanita ini, Nagumo memaparkan alasan-alasan kenapa hal itu harus dilakukan. Menurut Nagumo, idealnya makan yang sehari sekali itu harus dengan menu yang sederhana: nasi, satu lauk, dan satu sayur. Waktu terbaik untuk makan adalah petang hari.

Untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari apa yang kita makan, Nagumo menyarankan untuk memakan makanan secara seutuhnya. Maksudnya, ketika makan ikan sebaiknya dimakan seluruhnya, tidak hanya dagingnya, tetapi juga tulang dan kepalanya. Begitu juga ketika memakan sayur, tidak hanya daunnya yang dimakan, tetapi akar dan umbinya sebaiknya juga dimasak.

Kalau kita makan hanya sekali sehari, tentu perut akan lapar. Apakah itu tidak berbahaya? Menurut Nagumi, perut yang lapar justru baik untuk kesehatan. Mengapa? Karena bunyi perut yang lapar itu mengaktifkan sel-sel dalam tubuh. Dan pada waktu lapar, otak akan bekerja lebih optimal.
Dalam buku praktis yang sudah terjual lebih dari 50.000 eksemplar di Jepang ini, Nagumo menepis mitos dan menguak rahasia mengenai makan sekali-sehari tidak menyebabkan kekurangan gizi, makan berlebih justru awal dari penyakit, minum air pun tetap jadi gemuk, metabolik yang dapat memperpendek usia, mengurangi porsi makan dengan satu lauk dan satu sayur, makanan sehat adalah makanan "utuh", menghindari ngantuk setelah makan siang, memperkuat tulang tanpa mengonsumsi kalsium, trik menghilangkan bau badan, membentuk tubuh dan memiliki otot yang kuat hanya dengan tidur, tanpa ke gym.

Yoshinori Nagumo adalah Direktur Umum Klinik Nagumo yang fokus melayani kesehatan payudara. Dosen di Jikei Medical University dan Kinki University, serta dosen tamu di Dong-A University, Korea Selatan, dan Dalian Medical University di Cina, ini memegang prinsip "memelihara kecantikan, kesehatan, dan fungsi payudara sangat penting bagi wanita seumur hidup."

Untuk itu, Nagumo melakukan operasi kanker di empat rumah sakit di Tokyo, Nagoya, Osaka, dan Fukuoka. Nagumo, yang pada 2012 dinobatkan menjadi Ketua Kehormatan Asosiasi Antiaging Internasional, sering menjadi pembicara di berbagai seminar yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Kanker Payudara Jepang, Ikatan Ahli Bedah Plastik dan Rekonstruksi Jepang, serta Ikatan Ahli Bedah Kecantikan Plastik Jepang, selain secara rutin muncul sebagai komentator di acara TV dan menulis sejumlah buku tentang awet muda. (*)

Untuk  lengkapnya   untuk  mengetahui Hidup Sehat dengan Makan Sekali Sehari bisa  dibaca  melalui l Buku: Makan Sekali Sehari: Membuat 20 Tahun Lebih Muda

Penulis: Dr. Yoshinor Nagumo 
Penerbit: Qanita 
Cetakan: I, Januari 2014 
Tebal: 184 Halaman
Harga: Rp 59.000

Senin, 23 Februari 2009

DUA BELAS JENIS CINTA

Kaum pria dan wanita umumnya tidak menyadari bahwa mereka mempunyai kebutuhan-kebutuhan emosional yang berbeda. Akibatnya secara naluri mereka tidak tahu bagaimana caranya saling mendukung. Lazimnya pria memberikan apa yang dikehendaki kaum pria dalam suatu hubungan cinta, begitupun wanita memberikan apa yang didambakan oleh wanita. Masing-masing secara keliru menganggap pihak lain mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama.

Baik pria maupun wanita merasa mereka sudah banyak memberi tapi tidak memperoleh balasan. Mereka sama-sama memberikan cinta tapi tidak dengan cara yang diinginkan masing-masing pasangan. Misalnya, ketika wanita sedang marah atau sedang mempunyai masalah, pria mengatakan " Jangan risau, ini bukan masalah besar" atau " Sudahlah jangan terlalu difikirkan, semuanya pasti beres". Pria menganggap ia sudah memberikan cinta dan dukungannya dengan mengatakan kalimat-kalimat tersebut, padahal pernyataan itu membuat si wanita merasa diremehkan, tidak dipedulikan atau bahkan tidak dicintai. Begitu juga terhadap kaum pria, wanita merasa ia sudah menunjukkan cintanya dengan mengajukan banyak pertanyaan dan solusi atas suatu masalah, padahal tindakan tersebut dapat mengganggu pria. Pria mulai merasa dikuasai dan tidak bebas. Akibatnya usaha-usahanya untuk mencintai dianggap mengganggu atau akan diabaikan.

Kaum pria dan wanita masing-masing mempunyai “KEBUTUHAN PRIMER” akan cintanya.

Adapun "kebutuhan primer" itu adalah : Pria : kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman,persetujuan dan dorongan

Wanita : perhatian, pengertian, hormat, kesetiaan, penegasan serta jaminan.

Yang dimaksud "kebutuhan primer" adalah setiap pasangan perlu lebih dulu memberikan atau memuaskan kebutuhan primernya terhadap pasangan sebelum sanggup sepenuhnya menerima dan menghargai jenis-jenis cinta lainnya. Tapi bukan berarti mereka tidak membutuhkan jenis-jenis cinta yang lain, hanya kebutuhan primer harus lebih dulu dipenuhi.

1. Wanita Membutuhkan Perhatian, Pria Membutuhkan Kepercayaan

Saat pria memperlihatkan minat terhadap perasaan wanita dan menunjukkan kepedulian yang dalam, si wanita merasa dicintai dan diperhatikan, dengan begitu si pria berhasil memuaskan "kebutuhan primer" si wanita. Ini akan membuat wanita lebih terbuka dan mudah menerima terhadap pria. Dengan sikap itu, pria akan merasa

dipercaya dan yakin ia sudah melakukan yang terbaik untuk pasangannya.

2. Wanita Membutuhkan Pengertian, Pria Membutuhkan Penerimaan

Bila pria mendengarkan tanpa menghakimi, si wanita akan merasa didengarkan dan dipahami. Dengan begitu akan lebih mudah bagi wanita memberi penerimaan terhadap pria. Bila wanita dengan penuh cinta menerima pria tanpa berusaha mengubahnya, pria itu akan merasa diterima.

3. Wanita Membutuhkan Rasa Hormat, Pria Membutuhkan Pengakuan

Wanita merasa dihormati bila pria menanggapi dan mempertimbangkan pikiran-pikiran dan perasaan wanita. Ungkapan rasa hormat fisik yang nyata, misalnya dengan memberi bunga dan mengingat ulang tahunnya. Bila wanita mengakui telah menerima manfaat dan nilai-nilai pribadi dari usaha-usaha si pria, maka si pria jadi merasa dihargai karena usahanya tidak sia-sia.

4. Wanita Membutuhkan Kesetiaan, Pria Membutuhkan Kekaguman

Jika si wanita merasa dirinyalah yang terpenting dalam kehidupan si pria, dengan mudah si wanita akan memberikan kekagumannya. Wanita perlu merasakan perhatian pria. Pria akan merasa dikagumi jika wanita gembira atau takjub dengan sifat-sifat khasnya atau bakat-bakat yang dimiliki si pria.

5. Wanita Membutuhkan Penegasan, Pria Membutuhkan Persetujuan

Bila pria tidak keberatan atau tidak menentang perasaan dan kebutuhan wanita, melainkan menerimanya, wanita akan betul-betul merasa dicintai. Tanda bahwa pria telah lulus ujian seorang wanita adalah persetujuannya. Sikap menyetujui ini berupa pengakuan atas kebaikan dalam diri si pria.

6. Wanita Membutuhkan Jaminan, Pria Membutuhkan Dorongan

Pria umumnya melakukan kekeliruan dengan menganggap bahwa sekali ia telah memenuhi semua kebutuhan cinta primer wanita, dan si wanita merasa bahagia serta aman, maka sejak saat itu si wanita harus tahu bahwa ia dicintai, padahal ini belum cukup.

Untuk memuaskan kebutuhan cinta primer ini, pria harus ingat untuk meyakinkannya berulang kali. Demikian juga pria merasa perlu mendapat dorongan dari wanita.

Sikap membesarkan hati dari wanita bisa memberi harapan dan keberanian kepada pria. Karena merasa berbesar hati, pria terdorong untuk memberi kepada wanita jaminan penuh cinta yang dibutuhkannya.

Banyak orang menyerah saat hubungannya dengan pasangan jadi terlampau sulit, padahal hubungan menjadi lebih mudah bila kita memahami "kebutuhan primer" pasangan kita. Tanpa memberi lebih banyak, melainkan dengan memberikan apa yang lebih dulu dibutuhkan, maka hubungan ini akan terus terjalin.

Rabu, 18 Februari 2009

Rumah Tanggamu Surgaku

Ada beberapa persiapan harus dilakukan bagi para calon mempelai.

Pertama, soft ware-nya, yakni qolbu kita yang harus selalu yakin kepada Alloh. Karena yang bisa menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan, sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan karena keyakinan dia yang lemah kepada Alloh. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik alloh. Calon istri kita milik Alloh. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita adalah Alloh. Yang memerintahkan kita menikah adalah Alloh. Pernikahan terjadi juga dengan ijin Alloh. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Alloh .

Jadi, kuncinya adalah Alloh. Kalau kita tidak yakin kepada Alloh, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Alloh-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Alloh-lah yang menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah, sedang Alloh menyuruh kita ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi. Maka kembalikan segalanya kepada Alloh. Kita tidak boleh suudzan . Sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Alloh, sebab wajah kita bukan milik kita, semuanya milik Alloh.


Kedua,tingkatkan kepribadian kita supaya disukai Alloh. Perbaikilah apapun yang dapat kita lakukan ; akhlak kita, perbuatan kita , tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaulah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Alloh. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat seperti, mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Alloh. Apa pun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya. Maka,meningkatkan kualitas diri supaya disukai Alloh adalah hal paling penting.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan keemauan, keinginan dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Tapi setelah menikah, tidak jarang orang merasa betapa dunia banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini. Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa.

Mertua kita, adik ipar kita yang tinggal serumah dengan kita, bahkan anak kita sendiri yang masih bayi, misalnya semua bisa berpotensi untuk bermasalah kalau kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah daripada menyelesaikan masalah.


Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama, kita akan bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan Alloh pun siap menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar Ilmu agama penting dikuasai supaya kit tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah SAW. Karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi acuan yang tepat dalammenegakan menegakan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintunya diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur. Rasulullah tidak berani membangunkan. Akhirnya ia berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak kita memiliki standar yang jelas


Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan dan lain sebagainya. Begitu pun istri harus memahami bagaimana prilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.


Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keterampilan menekan biaya hidup dan lain-lain. Hal ini perlu sdilakukan baik oleh calon suami , maupun oleh calon istri. Sebab setelah menikah bagi keduanya masingmasing berpeluang berpisah. Suami harus berpikir misalnya bahwa ajal siap datang menjemput kapan saja. Maka ketika istrinya meninggal duluan jangan sampai kelabakan karean tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitu pun bagi istri ia harus ditinggal suaminya. Maka ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan

Begitulah persiapan-persiapan yang harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat berumah tangga. Bagi mereka yang telah maksimal mempersiapkannya, insya Alloh masalh apa pun yang dihadapi tidak akan membuat mereka goyah. Mereka akan tetap tegar dan yakin bahwa Alloh akan menolongnya. Ingat firman Alloh berikut ini : “ Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Alloh akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur ayat 32). Nah, sudah seperti itulah persiapan anda. Wallahu a`lam.

sumber:cyberMQ.com

Pernikahan Berkah

Pernikahan Berkah

Di awal pernikahan, ungkapan terbaik dari suami kepada istrinya adalah menasihati istri agar dia bisa dekat dengan Allah. Dan seharusnya itulah yang menjadi tujuan dari pernikahan kita, yakni membawa keluarga untuk bisa dekat kepada Allah. Selanjutnya, harus ditanamkan pula keyakinan kepada setiap anggota keluarga bahwa setiap bertambah hari dan bertambah umur, manusia itu akan merugi, kecuali tiga golongan. Demikian halnya dengan keluarga, setiap waktu akan merugi, kecuali keluarga yang setiap anggotanya memiliki kriteria sebagaimana tiga golongan tadi.

Golongan pertama adalah orang yang selalu berpikir keras bagaimana supaya keyakinan dia kepada Allah meningkat. Sebab semua kebahagiaan dan kemuliaan itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada Allah. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin kepada Allah. Tidak ada sabar kecuali kenal kepada Allah. Tidak ada orang yang zuhud kepada dunia kecuali orang yang tahu kekayaan Allah. Tidak ada orang yang tawadhu kecuali orang yang tahu kehebatan Allah. Makin akrab dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil. Setiap hari dalam hidup kita seharusnya dipikirkan bagaimana kita dekat dengan Allah.

Berusahalah agar selalu memegang komitmen tentang mau ke mana rumah tangga ini. Mungkin sang ayah atau ibu yang meninggal lebih dulu yang penting keluarga ini akan berkumpul di surga. Apa pun yang ada di rumah harus menjadi jalan mendekat kepada Allah. Beli barang apa pun harus barang yang disukai Allah. Supaya rumah kita menjadi rumah yang disukai Allah.

Boleh saja mempunyai barang yang bagus, asalkan jangan sampai diwarnai dengan rasa takabur. Bukan perkara mahal atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa dipertanggungjawabkan di sisi Allah atau tidak. Bahkan dalam mendengar lagu yang disukai Allah siapa tahu kita dipanggil Allah ketika mendengar lagu.

Rumah kita harus Allah oriented. Jadikan semua harta yang kita miliki menjadi jalan dakwah. Setiap mempunyai uang, belilah buku-buku agama. Kalau bisa, buat perpustakaan di rumah untuk tamu yang berkunjung agar mereka dapat membaca sehingga ilmunya bertambah. Jangan rewel memikirkan kebutuhan kita, itu semua tidak akan ke mana-mana. Allah lebih tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Allah menciptakan usus dengan desain untuk lapar. Jadi, tidak mungkin tidak diberi makan. Allah menyuruh kita menutup aurat, sehingga tidak mungkin tidak diberi pakaian.

Kalau hubungan kita dengan Allah bagus, insya Allah semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat dengan Allah, akan diberi jalan keluar setiap urusannya. Dan dijamin dengan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa hatinya yakin Allah yang mempunyai segalanya, maka akan dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini yang menjadi masalah, tetapi hubungan kita dengan Allah-lah masalahnya.

Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan rugi adalah rumah tangga yang kurang amal. Jangan sibuk memikirkan apa yang kita inginkan, tetapi pikirkan apa yang bisa kita lakukan. Pikiran kita seharusnya hanya memikirkan dua hal, yakni bagaimana hati ini bisa bersih, tulus, dan bening sehingga bisa melakukan apa pun dengan ikhlas.

Dan yang kedua, teruslah tingkatkan kekuatan untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu pada mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang tersebut, menolong, dan membahagiakan orang dengan senyum, sehingga di mana pun kita berada, kita bagaikan pancaran matahari yang menerangi kegelapan serta menghangatkan suasana yang dingin. Sesudah itu serahkan kepada Allah.

Oleh karena itu, mari kita ubah paradigmanya. Rumah tangga yang paling beruntung adalah rumah tangga yang paling banyak produktivitas kebaikannya. Uang yang paling berkah adalah uang yang paling tinggi produktivitasnya, bukan senang melihat uang kita tercatat di deposito atau tabungan. Uang sebaiknya bisa multiefek bagi pihak lain, insya Allah hal ini menjadikan uang kita berkah.

Tentu boleh saja kita menjadi orang kaya boleh, namun kekayaan kita harus produktif, harus bermanfaat bagi orang lain. Boleh mempunyai rumah banyak, asal diniatkan untuk bisa membantu saudara-saudara kita atau yatim-piatu yang tidak memiliki rumah. Beli tanah seluas-luasnya, lalu sebagian diwakafkan, kemudian dibangun masjid. Insya Allah pahala akan mengalir untuk kita sampai yaumil hisab. Makanya, ikhtiar mencari rezeki bukan untuk memperkaya diri, tetapi mendistribusikannya untuk umat. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita. Jadi pikiran kita bukan akan mendapat apa kita?

Namun, akan berbuat apa kita? Apakah hari ini saya sudah menolong orang? Sudahkah saya membahagiakan orang lain walaupun hanya dengan senyuman? Berapa orang yang saya sapa? Dan seterusnya. Orang yang beruntung adalah orang yang paling produktif kebaikannya.

Ketiga, rumah tangga atau manusia yang beruntung itu adalah yang pikirannya setiap hari memikirkan bagaimana ia bisa menjadi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran dan ia pencinta nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Setiap hari carilah input nasihat ke mana-mana. Kata-kata yang paling bagus yang kita katakan adalah meminta saran dan nasihat. Ayah meminta nasihat kepada anak, niscaya tidak akan kehilangan wibawa.

Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi dan koreksi dari pihak luar, kita tidak akan bisa menjadi penasihat yang baik sebelum ia menjadi orang yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita memberi nasihat jika kita tidak bisa menerima nasihat. Jangan pernah membantah, semakin sibuk membela diri semakin jelas kelemahan kita. Alasan adalah kelemahan kita. Cara menjawab kritikan adalah evaluasi dan perbaikan diri. Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun.

Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan hidup. Sayang hidup hanya sekali dan sebentar hanya untuk menipu diri. Merasa keren di dunia tetapi hina di hadapan Allah. Merasa pintar padahal bodoh dalam pandangan Allah. Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal di atas. Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar iman meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal.
sumber : cyberMQ.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Kamis, 11 Desember 2008

Beri Kesempatan Perempuan Memilih Hidup

Oleh Rosidi

Awal agustus 2006 lalu, kawan perempuan saya, panggil saja Kartini, larut dalam kesedihan yang mendalam. Karena tanggal 16 Agustus tahun itu, ia harus menjalani pernikahan yang tidak diinginkannya. Ia harus menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya.

Menikah, mempunyai suami atau istri, adalah impian semua orang. Karena dari sanalah, pasangan suami – istri bisa mempunyai keturunan dan membangun mahligai rumah tangga sebagaimana diperintahkan agama.
Islam mengajarkan, bahwa menikah tidaklah sekadar untuk memenuhi kebutuhan biologis (seks). Tapi merupakan ibadah, karena dianjurkan oleh Allah Swt., dan rasul-Nya. Al-Qur’an surat Ar-Rum: 21 menyebutkan, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. …."
Selain ayat di atas, Rasulullah Saw., dalam sebuah Haditsnya menganjurkan untuk menikah. Sebaliknya, baginda Nabi membenci umatnya yang tidak suka menikah. An-nikahu sunnati, fa man raghiba ‘an sunnati fa laitsa minni. "Menikah adalah sunnahku, dan barang siapa yang tidak menyukai sunnahku (menikah), maka ia tidak (aku anggap) alam golongan ummatku".


Hikmah dan Tujuan
Menikah mempunyai hikmah dan tujuan yang sangat agung. Pertama, hikmah menikah adalah tersalurkannya hasrat seksual pada tempatnya yang sah dan diridloi agama (baca: Tuhan).
Sebagaimana hewan, manusia juga mempunyai hasrat seksual yang akan terus menggebu-gebu seiring dengan bertambahnya umur. Dengan menikah, manusia menjadi beda dengan hewan yang bisa seenaknya menyalurkan hasrat biologisnya kepada siapa saja. Menikah bisa menjadi salah satu penanda dan pembeda antara manusia -yang diberi akal oleh Tuhan- dengan Hewan.
Kedua, terhindar dari perbuatan zina. Orang yang belum menikah rentan terjerumus dalam perzinaan. Karena memang ia belum mempunyai tempat penyaluran hasrat seksual yang diridloi dan sah baik dalam pandangan agama (Tuhan), Negara maupun masyarakat.
Ketiga, terciptanya keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah. Keluarga yang bahagia dan dipenuhi dengan kasih sayang. Ini adalah inti dari kehidupan dalam berumah tangga. Sebuah harapan bagi siapa saja yang sudah berkeluarga, yaitu terciptanya sebuah rumah tangga bahagia, sehingga bisa mendatangkan surga di dunia (baiti jannati) dan surga dalam kehidupan kelak.
Pendek kata, dengan menikah, orang menjadi lebih tenang dan terpelihara hati dan matanya dari berbuat dosa. Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah menyebutkan, bahwa dengan menikah badan menjadi tenang, jiwa juga damai, pandangan terpelihara dan kasih sayang bisa diwadahi secara benar. Oleh karena itu, sejatinya, orang yang sudah menikah menjadi orang yang tenang baik dalam jasmani, pandangan maupun jiwanya.

Lemah Posisinya
Untuk mewujudkan keluarga bahagia, sakinah mawaddah wa rahmah, maka pernikahan harus dilambari dengan adanya cinta dan kasih sayang dari kedua pihak, yaitu dari pihak laki – laki dan perempuan. Sangat kecil kemungkinan keluarga bisa bahagia tanpa dilambari cinta kasih itu.
Permasalahan yang ada hingga saat ini, perempuan, selalu saja dalam posisi yang lemah dan kalah dalam memilih pasangan hidupnya. Mereka, perempuan, di alam modern seperti saat sekarang ini pun, masih banyak yang tidak diberi kesempatan menentukan jodohnya sebagai pendamping hidup.
Dalam kasus kawan saya, Kartini, ia harus rela menuruti ayahnya agar menikah dengan orang yang tidak dicintai dan disayanginya sama sekali. Ia tidak diberi kesempatan untuk memilih pasangan hidupnya. Dalih ayahnya, bahwa orang tua berhak memilihkan jodoh bagi anak perempuannya. Sehingga ayahnya tidak peduli dan tetap memaksanya agar menikah dengan lelaki pilihannya.
Kasus seperti ini, bukanlah kasus langka dalam era yang sudah sangat modern ini. Masih banyak perempuan lain yang harus ditindas perasaannya karena tidak bisa memilih untuk melangsungkan pernikahan dan hidup dengan orang yang dicintainya.
Pandangan seperti ini, harus segera dirubah dan dihilangkan. Kalau Tuhan saja tidak pernah memaksakan kehendak kepada ummatnya bahkan dalam memilih agama sekali pun, “Laa ikraaha fi al diin”, haruskah manusia menjadi angkuh dan sombong dengan memaksakan kehendak kepada orang lain, termasuk dala urusan perjodohan?
Sekarang bukan lagi zaman Siti Nurbaya. Sehingga perempuan bisa dipaksa-paksa menikah dengan kehendak orang tua tanpa persetujuan anaknya. Tanpa memberikan kesempatan kepada anaknya untuk memilih pasangan hidup yang dikehendakinya.
Pemaksaan menikahkan seseorang (anak), bukanlah sesuatu yang bijak. Karena itu akan berakibat buruk terhadap si anak yang merasa tertekan bahkan mati rasa. Ia merasa tidak memiliki hidupnya sendiri dan selalu diatur.
Pengalaman yang dialami Kartini kawan saya, misalnya. Ia terlihat murung, sering menangis, dan memendam kesedihan karena tertekan batinnya. Kesedihan selalu saja menyelimuti ketika ia berkeluh kesah via handphone, dan selalu menangis untuk menumpahkan perasaannya.
Akibat buruk lain, adalah jika perempuan tidak kuat menghadapi perjodohan yang dipaksakan, bisa saja ia nekat kabur dari rumah, atau bahkan bunuh diri. Kasus melarikan diri perempuan sehingga akhirnya lebih memilih menjadi pekerja seks demi kepuasannya karena tidak diberi kesempatan memilih jodohnya, dan juga kasus bunuh diri akibat persoalan tersebut, bukan hal baru dan langka.
Untuk itu, memberi kesempatan kepada anak, terutama anak perempuan, untuk memilih pasangan hidupnya, adalah hal terbaik dan arif kiranya. Karena dari sana lah, dengan cinta kasih mereka, mahligai rumah tangga yang bahagia akan terwujud.
Sebaliknya, nonsens tujuan berkeluarga atau menikah seperti menenangkan dan menentramkan jiwa (litaskunu ilaiha), menimbulkan rasa mawaddah, cinta kasih dan kebahagiaan akan terwujud, jika sejak awal pernikahan tidak dilambari dengan cinta kasih antara keduanya. Wallahu a’lam.

Jumat, 24 Oktober 2008

Bila Istri Cerewet....[-o<

Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatabpun cerewet.

Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki- laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun? Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4.
Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke
langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah

Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga,
memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal
itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan

Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak

Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan
pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan

Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam
melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan.
Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah. Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.

WallahuAlam.


Information From

Selasa, 21 Oktober 2008

Berbicara Kepada Anak

Dari materi oleh: Renate Zorn
Konsultan Komunikasi, penulis "Good Conversation is for Everyone: Ten Steps
to Better Conversations"



Anda mungkin tahu rasanya, bagaimana berkomunikasi dengan anak-anak.
Terlebih lagi, anak-anak sendiri.

Berbicara kepada anak-anak, sebetulnya menyenangkan walau kadang-kadang
mengesalkan. Untuk itu, diperlukan kehati-hatian, mengingat pekanya perasaan
mereka, mengingat masih sedikit dan sempitnya wawasan mereka, dan masih
polosnya cara berpikir mereka.

Di sela semua "kelemahan" itu, ada satu kekuatan terbesar yang dimiliki
hanya di saat tertentu dalam hidup setiap manusia. Kekuatan yang dimiliki
hanya di saat manusia masih menjadi anak-anak, yaitu daya ingat dan daya
cerna yang luar biasa pesat dan hebatnya. Berhati-hatilah.

Berhati-hatilah jika Anda bermasalah di kantor. Jangan sampai kekesalan Anda
tertumpah pada diri dan perasaan mereka. Apapun yang buruk dari mereka, akan
berasal dari perkataan Anda sebagai orang tua.

Berhati-hatilah jika Anda bermasalah dengan pasangan atau keluarga Anda.
Jangan sampai kemarahan Anda terlampiaskan pada perasaan dan jiwa yang masih
benar-benar apa adanya. Apapun yang buruk dari mereka, akan berasal dari
perkataan Anda sebagai orang tua.

Berhati-hatilah jika jalan hidup Anda tidak sesempurna yang Anda minta.
Jangan sampai kekecewaan Anda menerpa pada hati dan pikiran suci mereka.
Sebab Anda akan menciptakan anak-anak yang penuh cacat dan cela di dalam
jiwanya. Apapun yang buruk dari mereka, akan berasal dari perkataan Anda
sebagai orang tua.

Berikut ini adalah tips dari seorang konsultan komunikasi yang mendalami
persoalan komunikasi antar pribadi, termasuk berkomunikasi dengan anak-anak.

*TERSENYUMLAH DENGAN TULUS PADA MEREKA*

Smile! And mean it! Lebih dari 50% komunikasi Anda, dilakukan dengan bahasa
tubuh termasuk ekspresi wajah. Saat berbicara kepada anak-anak, persentase
itu akan bertambah. Sebab bahasa tubuhlah yang lebih mereka pahami,
ketimbang bahasa intelektual Anda sebagai orang dewasa.

*JANGANLAH MERENDAHKAN MEREKA*

Janganlah berbicara dengan merendahkan mereka. Adalah baik untuk mengetahui
terlebih dahulu, seberapa jauh pemahaman mereka tentang suatu topik.
Snorklinglah sebelum diving.

*GUNAKANLAH ALAT PERAGA*

Gunakan sesuatu yang anak-anak dapat melihat, mendengar dan menyentuhnya.
Gunakanlah alat peraga secukupnya. Tidak perlu kebanyakan dan bertaburan.
Anda tahu bagaimana anak-anak. Dengan alat peraga, mereka akan lebih mudah
mengingat berbagai hal.

*SEDERHANAKANLAH BICARA ANDA*

Anak-anak akan cepat lelah dengan deskripsi yang terlalu detil, dan dengan
teori serta konsep. Gunakanlah cerita, untuk mendemostrasikan informasi yang
akan Anda sampaikan. Buatlah proses itu menjadi fun.

*BERTANYALAH PADA MEREKA*

Pertanyaan akan membuat anak-anak berpikir dan terlibat. Menjawab
pertanyaan, bertanya, mengutarakan pendapat, dan melakukan evaluasi, adalah
lebih menyenangkan bagi mereka dalam memahami berbagai fakta.

*ANTUSIASLAH DI HADAPAN MEREKA*

Jadilah antusias dan enerjik. Ini akan membuat Anda dan mereka tetap terjaga
dan tertarik pada topik.

*PAKAILAH KACAMATA MEREKA*

Anak-anak melihat berbagai hal dengan cara pandang yang berbeda. Mereka
melihatnya dengan kacamata mereka, bukan kacamata Anda. Concern, prioritas
dan sistem nilai mereka, juga berbeda. Temukanlah apa yang penting bagi
mereka, sebelum berbicara. Doronglah mereka untuk meminta penjelasan, jika
mereka tidak memahami apa yang Anda katakan.

*MEREKA TIDAK PEDULI ANDA SEBAGAI PEMBICARA*

Mereka, tidak peduli apakah Anda seorang pembicara yang hebat atau tidak.
Apa yang mereka inginkan, hanyalah kejujuran, antusiasme, dan respek. Jika
Anda melakukan kesalahan berbicara atau lupa akan sesuatu, tak perlu
khawatir. Anak-anak itu menyenangkan, sebab mereka tak akan menghakimi Anda.
Teruskan saja bicara Anda.

*JUJURLAH PADA MEREKA*

Jika Anda tidak tahu jawaban dari pertanyaan mereka, jujur saja. Tak usah
Anda karang-karang jawabannya. Anak-anak, biasanya mengetahui jika Anda
ngibul. Bilang saja nanti akan Anda cari jawabannya. Dan ingatlah, mereka
akan menagihnya.

*LIBATKANLAH MEREKA*

Libatkanlah mereka. Jika ada bagian dari bicara Anda di mana mereka bisa
tampil ke depan, melakukan penghitungan, atau membicarakan sesuatu, berikan
kesempatan itu pada mereka.

*JIKA MEREKA HARUS DUDUK DAN DIAM: TEKNIK ABC*

Ada saat atau sesi tertentu di mana anak-anak memang diharapkan hanya duduk
dan mendengarkan. Untuk sesi seperti ini, Anda hanya perlu melakukan
beberapa penyesuaian.

*A: Attention Span*

Attention span atau rentang perhatian, adalah faktor yang membedakan
kemampuan mendengar, antara anak-anak dan orang dewasa. Setelah dewasa, Anda
telah bisa mengembangkan kemampuan untuk lebih fokus dan lebih lama bertahan
mendengarkan sesuatu. Anak-anak belum bisa sejauh itu.

Perhatikanlah acara bagus untuk anak-anak di televisi. Semuanya
dipecah-pecah ke dalam berbagai segmen yang pendek-pendek. Dibuat seperti
itu, agar anak-anak tetap duduk dan mendengarkan.

Jika anak-anak terlibat dalam suatu aktivitas yang tidak dipilihnya sendiri,
mereka akan lebih enggan mendengarkan. Prediksilah secara realistis, berapa
lama mereka akan tetap fokus.

*B: Break it Up*

Jika Anda berbicara pada sekelompok anak-anak, pecahlah mereka menjadi
kelompok-kelompok kecil. Jika bicara Anda akan panjang atau menyangkut
beberapa isu sekaligus, pecahlah bahan bicara Anda menjadi potongan-potongan
yang sederhana dan mudah dicerna.

*C: Children are Still Children*

Seberapa pun besarnya energi dan antusiasme Anda, mereka tak akan pernah
melihatnya dari perspektif Anda. Selogis apapun pernyataan Anda, mereka tak
akan pernah melihatnya seperti Anda melihatnya. Cobalah untuk memasuki sudut
pandang mereka, kemudian bertanyalan WIIFM (What's In It For Me?). Sebab,
mereka juga punya yang namanya minat dan ketertarikan pada sesuatu.

*KESIMPULAN*

Sebagian besar dari kita, adalah orang-orang dewasa yang tak sempurna,
manusia-manusia yang penuh dengan cacat dan cela. Sebagian besarnya,
disebabkan oleh kata dan bicara para orang tua kita. Kita masih bisa
merasakan bekas dan carut-marutnya. Itulah luka lama kita, yang kecil
kemungkinan bisa hilang selamanya.

Kita tidak akan menyalahkan para orang tua. Sebab mereka hanya berjalan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan, sejalan dengan impian dan
harapan, seiring dengan wawasan dan kemampuan. Begitulah yang telah terjadi,
dan kita sudah tidak bisa apa-apa lagi, kecuali membangun masa depan.

Apa yang terpenting, adalah menciptakan masa depan yang lebih baik dan makin
baik. Masa depan dari anak-anak kita.

Kita tak ingin mereka sama tak sempurnanya dengan kita. Kita ingin mereka
lebih baik dari kita. Kita tak ingin semua cacat dan cela menggores lagi,
seperti yang terjadi pada diri kita sendiri. Kita tak ingin semua itu datang
dan datang lagi. Oleh sebab itu, janganlah kita ulangi kembali.

Anak-anak tetaplah anak-anak. Orang dewasa mestinya makin dewasa.

Senin, 01 September 2008

4 Kunci Rumah Tangga Harmonis

Oleh: Tim dakwatuna.com

Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter yang membentuk
kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah yang membuat warna
apa pun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi.

Warna hitam, misalnya, kalau berdiri sendiri akan menimbulkan kesan
suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam secara berdiri
sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, akan memberikan corak
tersendiri yang bisa menghilangkan kesan suram dan dingin tadi.
Perpaduan hitam-putih jika ditata secara apik, akan menimbulkan kesan
dinamis, gairah, dan hangat.

Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga
merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria,
wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satu pun manusia di
dunia ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna.
Pasti ada kelebihan dan kekurangan.

Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang
indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi
rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu yang indah.

Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu.
Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi.
Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan
mengisi kekosongan-kekosong

an yang ada di antar mereka.

Ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan keharmonisan
rumah tangga.keempatnya adalah:

1. Jangan melihat ke belakang

Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. "Kenapa saya
waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?" Buang
jauh-jauh lintasan pikiran ini.

Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Justru,
akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah sepele
menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup
kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.

Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah
masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang.
Atau, na'udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita.
Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.

2. Berpikir objektif

Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat.
Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah
melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga
tidak secara utuh.

Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika
dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak
yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.

Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi
emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak
becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini
terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si
isteri bawel, materialistis, dan kurang pengertian.

Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati
dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup
kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa
sekaligus melatih kemandirian anak-anak.

3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya

Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita.
Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki.
Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan
sudut pandangnya.

Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak
kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di
sinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan
suami isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.

Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari
pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita
karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa
nilainya di sisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang. Sambil
jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan
yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat
untuk berubah.

4. Sertakan sakralitas berumah tangga

Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga
adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau
menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru
di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.

Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah
itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik sangka
kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada
kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.

Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi,
dengan taqarrub pada Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan.
Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah!

http://www.dakwatuna.com/index.php/baitul-muslim/2007/4-kunci-rumah-tangga-harmonis/