SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN
(Bill Newman, The 10 Laws of Leadership)  
  
Apa yang membedakan seorang manajer yang memiliki karakter  "pemimpin" dengan manajer "biasa" walaupun ia telah mengikuti berbagai macam  pelatihan kepemimpinan yang sangat keras? Mengapa ada pemimpin yang  seperti ditakdirkan sebagai orang besar, sedangkan ada pemimpin lainnya  disalahkan atau menyalahkan diri karena memimpin secara biasa-biasa saja.  Jika menurut anda perbedaan tersebut hanya terletak pada "keberuntungan"  atau "kesempatan", pendapat anda tidak sepenuhnya benar. Hanya sebagian  kecil dari pemimpin sukses mencapai keberhasilan besar melalui keberuntungan  dan kesempatan. Berdasarkan suatu data statistik, banyak pemimpin besar meraih  keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum  kepemimpinan yang mendetail dan merupakan prinsip-prinsip yang telah  diujicobakan. Sedangkan manajer "biasa", tanpa mengecilkan usaha mereka dalam  menjalankan sistem kepemimpinan lain yang cukup beragam, pada kenyataannya  tidak mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin  sejati. 
Dengan menerima kesepuluh prinsip ini atau paling tidak sebagian  besar darinya, kesuksesan berada tak jauh dari anda. Berikut adalah ringkasan  dari 10 hukum kepemimpinan yang telah diterima dan dikembangkan  oleh pelaku-pelaku bisnis dengan landasan yang cukup kuat sehingga  memungkinkan seorang manajer "biasa" membuat satu lompatan besar menjadi  seorang "pemimpin". 
  
Hukum 1--Pemimpin memiliki visi 
Visi adalah kunci untuk memahami kepemimpinan. Seorang pemimpin  sejati tidak pernah kehilangan kemampuan seperti yang dimiliki  anak-anak:berimajinasi/bermimpi. Dan ini mereka ujudkan dalam bentuk  visi; yaitu impian tentang masa depan; atau seperti melihat sebuah lukisan  besar yang mana pemimpin itu sendiri ikut melukis suatu bagiannya. Dengan  demikian,
visi menjadi sebuah tantangan dunia bagi setiap pemimpin untuk  membuat jejak langkah di sana, melalui kekuatan ide, kepribadian, nilai-nilai  diri, dan harapan.  
Bagi kepemimpinan dan pengikutnya, tidak ada sesuatu yang lebih  menyenangkan dan memotivasi orang daripada visi untuk mendapatkan sesuatu  yang istimewa. Maka, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang  lain untuk meraih tujuan yang diminati oleh sebagian besar kelompok tersebut.  Di lain pihak, tujuan tersebut menguntungkan bagi mereka. Oleh karena itu,  visi bersama haruslah menjadi perasaan yang komperehensif tentang posisi,  arah, dan cara hidup untuk meraih tujuan, dan apa yang akan dilakukan  ketika
tujuan it teraih. Visi seperti api ungun di perkemahan, dimana  orang-orang berkumpul mengelilinginya karena cahaya, energi, kehangatan,  dan kebersamaan. Meski visi adalah impian, namun visi harus fokus dan khas. Visi  yang terlalu luas akan membuat pemimpin seolah-olah berada di awang-awang dan  kehilangan keberanian untuk mencoba. Visi anda harus berpijak pada kenyataan  sehingga tujuan bisa diraih dengan sukses dan tidak mematahkan semangat anda  dan orang-orang di sekitar anda. 
  
Hukum 2--Pemimpin memiliki disiplin. 
Di dunia ini berlaku hukum tak tertulis, apakah kita akan  mendisiplinkan diri sendiri atau yang akan didisiplinkan oleh orang lain.  Keberhasilan yang berlangsung terus menerus tidak bisa diraih tanpa disiplin,  ketekunan, dan usaha. Disiplin merupakan mandat bagi pemimpin untuk meraih  tujuan dan visi-visinya. 
Salah satu kesalahan besar generasi kita adalah tidak terlalu  menghargai pentingnya kedisiplinan. Banyak orang terpengaruh oleh budaya  superfisial yang cenderung menolak segala bentuk pengekangan, dan mengikuti  dorongan alami diri kita untuk bersikap santai. Kita dengan mudah melupakan  fakta bahwa segala sesuatu dalam hidup tidak mungkin diraih tanpa  disiplin. 
Sangat sering terjadi seorang pemimpin meraih sukses pada tingkat  tertentu, dan kemudian berhenti dan kehilangan semangat bertarung. Mereka  harus kembali pada titik start mereka. Ini dikarenakan mereka kehilangan  milik mereka yang berharga, yaitu, kedisiplinan diri. 
  
Hukum 3--Pemimpin memiliki kebijaksanaan 
Pengetahuan dapat diingat, sedangkan kebijaksanaan menembus  batas-batas fisik. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang memudahkan kita untuk  menggunakan pengetahuan secara benar. Kita hidup di jaman ledakan  penegtahuan. Berbagai studi memperlihatkan bahwa setengah dari pengetahuan  manusia telah ditemuan satu dekade yang lalu dan seterusnya. Lebih lanjut,  pengetahuan kita akan berlipat ganda pada dekade terakhir.  
Pemimpin yang efektif selalu mengembangkan pengetahuannya dengan  membaca. Mereka mengumpulkan fakta yang diperlukan sehingga tidak terbatasi  dirinya dalam mengambil keputusan. Dengan berpengetahuan, seorang pemimpin  tidak takut, ragu-ragu, atau khawatir dalam menyelesaikan pekerjaan, dan  terbatu untuk mengatasi banyak masalah, sekaligus merupakan alat untuk  berproses. Kebijaksanaan adalah bagaimana menggunakan pengetahuan yang  dimiliki dengan sebaik-baiknya, dan mengembangkan kemampuan untuk menyatakan  pendapat. Seorang pemimpin yang efektif memiliki penglihatan kebijaksanaan  bukan dari
matanya, namun dari dalam dirinya. Kebijaksanaan menuntun diri  seorang pemimpin untuk mengenali suatu masalah terlebih dahulu sebelum  masalah itu terlanjur menjadi besar. 
  
Hukum 4--Pemimpin memiliki keberanian.   
Keberanian seringkali diungkapkan dengan istilah yang berbeda-beda.  Ada yang menyatakannya dalam istilah: kegagahan, kepahlawanan, kecerdikan.  Tetapi apa pun namanya, keberanian tidak pernah dapat didefinisikan.  Keberanian adalah suatu jalan untuk mengekspresikan kekuatan di dalam diri  kita, inti dari pikiran kita untuk melawan semua keganjilan, peneguhan bagi  kita untuk tetap bertahan pada posisi tersebut. Tingginya gunung Himalaya menantang keberanian seorang pendaki.  Kesulitan pekerjaan memotivasi seorang pemimpin, dan kebutuhan akan  bersaing memberikan inspirasi bagi pemimpin. Kepemimpinan sejati adalah  mengatakan "ya" untuk hidup, tidak menghindar ketika tugas memanggil.  Keberanian adalah bertindak dalam ketakutan, bukan tanpa ketakutan.  Keberanian adalah
melakukan hal yang ditakutkan. Jika anda melakukan sesuatu  tanpa takut, itu bukan keberanian. Kepemimpinan adalah perjuangan yang memerlukan keberanian.  Memiliki
keberanian berarti melakukan sesuatu yang diyakini benar, dan  bersedia menanggung segala resikonya. Ada beberapa alasan untuk  menciptakan keberanian: pemimpin sejati ingin hidup untuk sebuah alasan yang  benar dan luhur. Pemimpin sejati sadar bahwa orang memperhitungkan mereka,  organisasi dan tim mereka, bahkan keluarga mereka. Pemimpin sejati selalu  menjaga visinya menyala dalam dirinya. Inilah yang menumbuhkan  keberanian.
 
Hukum 5--Pemimpin memiliki Kebersahajaan.  
Kebersahajaan adalah karakter yang penting dalam kehidupan seorang  pemimpin. Kebanyakan orang hanya memikirkan dirinya sendiri dan mengingkari  bahwa keberhasilan yang mereka raih tak terlepas dari usaha oranng  lain. Kebersahajaan menghargai usaha-usaha orang lain. Itu pula  mengapa kebersahajaan selalu dihargai orang lain pula. Kebersajahaan adalah sikap untuk tidak berpusat pada diri sendiri.  Banyak frustasi, penderitaan, dan ketidakbahagiaan melanda seseorang karena  mereka menjadikan diri mereka sebagai pusat kehidupan mereka. Mereka menuntut  orang lain menghargai mereka dan menjadikannya sebagai motivasi hidup. Itu membuat hidup mereka sendiri di luar fokus.  
Salah satu bukti kebesaran seorang pemimpin adalah semangat rendah  hati. Seseorang yang rendah hati tidak dapat dijatuhkan atau dipuji  setinggi langit. Mereka tidak akan mengambil sikap yang berbeda untuk  menghadapi situasi-situasi yang berbeda seperti itu. Mereka mengerti apa yang  harus dilakukan dan menjalankan pekerjaannya dengan baik, namun mereka  tidak mengharapkan penghargaan untuk setiap perolehan yang mereka capai.  Pemimpin
yang bersahaja tidak memperdulikan siapa yang menghargai mereka.  Bahkan mereka akan memberikan penghargaan mereka pada siapa pun tak peduli  siapa yang melakukan pekerjaan baik itu. Sedangkan pemimpin yang tidak bersahaja, tidak bersikap rendah  hati, menginginkan lebih banyak penghargaan. Bagi orang semacam ini  penghargaan merupakan jaminan bagi nilai diri mereka. Memang secara alami,  pemimpin cenderung bersikap arogan. Namun percayalah setiap orang selalu  menilai diri kita. Kita selalu berada di dalam perubahan yang berlangsung  terus-menerus, oleh karena itu pemimpin perlu menilai diri mereka secara  terus-menerus pula. 
  
Hukum 6--Pemimpin adalah pembuat keputusan.  
Seorang pemimpin adalah orang yang melakukan tindakan. Dan, untuk  itu ia harus menguasai seni membuat keputusan. Pemimpin yang efektif bekerja  secara konstan untuk mempermudah pengambilan keputusan. Ada beberapa pedoman  yang mereka pegang dalam mengambil keputusan. Pertama, mereka menjernihkan masalahnya terlebih dahulu. Mereka  mengupas
masalah hingga menjadi sederhana. Kedua, mereka mengumpulkan fakta.  Mereka tidak terburu-buru mengambil keputusan sebelum mengumpulkan cukup  fakta. Pemimpin yang baik membuat keputusan dengan cepat, oleh karena itu  mereka harus memiliki fakta sebanyak mungkin. Mereka tidak mengandalkan  asumsi. Bila masalah telah jernih dan fakta terkumpulkan, maka keputusan akan  datang dengan sendirinya.  
Ketiga, mereka menghindari situasi yang menekan. Mereka tidak suka  mengambil keputusan yang singkat. Cepat bukan berarti singkat. Oleh karena  itu sekali membuat keputusan mereka tidak mudah untuk mengubah-ubahnya.  Keempat, mereka memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Bagi mereka  resiko bukan hanya sesuatu yang buruk, namun mungkin juga sesuatu yang baik.  Oleh karena itu mereka memperhitungkan nilai sebuah resiko. Kelima, mereka mempertimbangkan bagaimana keputusan yang mereka  buat bisa mempengaruhi semua orang yang terlibat. Itu berarti mereka  harus mengusahakan pemikiran dari anggota tim mereka. Keenam, mereka  memikirkan dampak dari keputusan mereka hingga lima tahun ke muka, atau  bahkan sepuluh tahun ke depan. Terakhir, mereka mempertanyakan apakah  keputusan mereka legal atau tidak, bermoral atau tidak, etis atau tidak.  Apakah keputusan itu
membuat hati menjadi damai atau tidak. 
  
Hukum 7--Pemimpin mengembangkan persahabatan.  
Pemimpin sejati tahu bahwa hidup ini selalu tergantung pada  semangat dan bantuan orang lain. Tak ada seorang pun mampu melakukan semuanya  sendiri. Mereka berupaya dengan sungguh-sungguh membangun persahabata.  Mereka menghargai teman. Bagi mereka, teman adalah pulau dimana mereka  menemukan rasa aman, dan komunikasi dapat dilakukan tanpa suara. Namun  demikian, pemimpin sejati tidak memanfaatkan teman demi kepentingan mereka  sendiri. Persahabatan selalu dibangun di atas penghargaan yang setara. Untuk mendapatkan teman, pemimpin tidak berusaha membuat orang lain  tertarik pada mereka, namun mereka menumbuhkan minat pada orang lain. Mereka  memilih teman bukan dari apa yang dimiliki, melainkan dari siapa teman-teman  mereka. Mereka pun mampu menghargai keberhasilan teman tanpa ada rasa iri  dan cemburu. 
  
Hukum 8--Pemimpin itu melatih dan berdiplomasi.  
Pemimpin yang sukses berusaha membantu orang lain sukses dalam  pekerjaannya. Mereka senantiasa melatih bawahannya untuk bisa melakukan  pekerjaannya dengan baik. Mereka mendorong orang lain mampu meraih tujuannya.  Ini membuat orang-orang merasa nyaman dengan diri dan pekerjaan mereka. Kepemimpinan itu bukan sekedar mengetahui arah perjalanan  pemimpin, melainkan juga bagaimana bisa bekerja dengan orang lain secara  efektif.
Dalam bekerja dengan orang lain, seorang pemimpin membutuhkan  kehangatan, antusiasme, dan sesitivitas. Ini semua akan menumbuhkan loyalitas  dari orang-orang. Membangun loyalitas semacam ini membutuhkan waktu yang  lama. Loyalitas hanya diberikan oleh orang-orang pada pemimpinnya hanya  bila mereka berpikir bahwa pemimpin itu cukup bernilai untuk  mendapatkannya. Seorang bijak mengatakan, apa yang kita lakukan untuk diri  kita sendiri akan
mati bersama kita. Sedangkan apa yang kita lakukan untuk  orang lain akan diingat oleh dunia dan abadi. 
  
Hukum 9--Pemimpin mengembangkan kemampuan eksekutif.  
Para pemimpin yang sukses tahu bahwa mengembangkan ketrampilan  kepemimpinan adalah usaha sepanjang hidup. Sebuah studi membuktikan bahwa hal  yang membedakan seorang pemimpin dengan pengikutnya adalah bahwa para  pemimpin mempunyai kapasitas untuk mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan  mereka. Studi itu menemukan bahwa seorang pemimpin adalah juga seorang  pelajar. Orang yang sukses adalah mereka yang punya disiplin untuk  mengembangkan diri mereka. Mereka tidak statis. Mereka memiliki keberanian  untuk menemukan hasil-hasil dalam jangka pendek. Bahkan mereka menyadari  bahwa menjadi pemimpin adalah sesuatu dan proses yang harus terus-menerus  dipelajari. Namun demikian, pemimpin mengembangkan gayanya sendiri. Ini  dikarenakan mereka mempunyai visi dan tujuannya sendiri. Ada beberapa saran untuk mengembangkan kemampuan eksekutif.  Pertama,
pelajarilah tehnik-tehnik pemimpin yang sukses. Perhatikan bagaimana  mereka mengartikulasikan visi dan memberikan inspirasi bagi orang lain.  Kedua, capailah keseimbangan hidup. Segala sesuatu ini adalah bagian dari  hidup, karenanya lalui dengan penuh keseimbangan. Ketiga, jagalah kepercayaan  diri. Ada saat-saat dimana seorang pemimpin meragukan diri mereka sendiri,  namun pemimpin yang berhasil selalu menjaga kepercayaan diri mereka.  Keempat, asahlah kreativitas. Selalulah bertanya pada diri sendiri, bagaimana  kita bisa melakukan hal yang lebih baik. Terakhir, motivasilah diri sendiri.  Ini adalah kunci keberhasilan. Pemimpin selalu memotivasi diri untuk  membuat tindakan positif dan berorientasi pada tujuan. 
  
Hukum 10--Pemimpin memiliki kekuatan inspiratif.  
Beda seorang pemimpin yang sukses dengan pemimpin lainnya, adalah  kemampuan untuk membangkitkan inspirasi bagi anak buahnya. Kunci menumbuhkan  inspirasi adalah dengan bersikap antusias. Antusiasme selalu menarik  perhatian orang lain dan menjaring pengikut, serta menciptakan kesenangan.  Karenanya, pemimpin selalu adalah orang-orang yang antusias. Antusiasme  ditunjukkan melalui usaha keras, tidak menyerah sampai meraih sukses, dan  menikmati setiap pekerjaan yang dilakukan. Dalam upaya menumbuhkan inspirasi bagi pengikut, pemimpin bertidak  sebagai figur yang diteladani. Namun, jangan campuradukkan kepemimpinan  dengan keinginan untuk dihormati. Kepemimpinan justru menarik orang untuk  membuat komitmen yang paling tinggi dan memungkinkan mereka untuk bersaing.
Information From 
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar