Kamis, 27 November 2008

Don't Cry, Jangan Menangis....

Dalam perjalanan hidup ini, kita sering kali kecewa,kecewa...sekali.
Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan..
Ukh...semua itu t'lah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa.

Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa, masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki mencari ilmu, mencari rejeki, kebahagiaan yang akan menghantarkan pada ketentraman jiwa.

Hidup ini ibarat belantara, tempat kita mengejar berbagai keinginan, dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap keinginan yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai.

Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum:harus sukses, harus bahagia, atau harus-harus yang lain. Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian dari Allah, hingga membuat sombong dan berbuat sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.

Apa yang memang menjadi bagian dari kita di dunia, entah itu rejeki, jabatan, kedudukan, pasti Allah sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan bisa kita miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.

Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh, kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita, bukannya meminta yang terbaik, tetapi benar-benar mendikte Allah: "Pokoknya harus dia ya Allah.., harus dia, karena aku sangat mencintainya.." Seakan kita yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksa. Dan akhirnya, kalaupun Allah memberikannya, maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah mengulurkannya tidak dengan kelembutan, tetapi melemparkannya dengan marah, karena niat kita yang terkotori.

Maka setelah ini wahai jiwa..., jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu di dunia ini, harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang "baik" tidak hidup untuk dunia, tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya, hidup di akhirat kelak..!

Maka sudahlah...,jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu..!

Tidak ada komentar: