Sabtu, 29 November 2008

Menunggu

Seperti biasa, Poppy tiba di kantor pukul sembilan kurang lima
menit. Padahal seharusnya jam kerja dimulai pukul delapan tiga
puluh. Hari ini masih lumayan loh, biasanya pukul sembilan lebih dia
baru tiba di kantor. Poppy sudah biasa begitu sejak sebulan yang
lalu. Dulu dia selalu datang lebih pagi, malah paling pagi. Betul-
betul karyawan teladan. Entah mengapa. Mungkin karena melihat
karyawan lain tidak datang sepagi dia, maka kemudian Poppy mulai
datang siang.

Atasan Poppy, Bapak Hary, sangat rajin. Beliau sangat sibuk, banyak
sekali strategi yang harus dipikirkannya untuk memajukan perusahaan.
Apalagi sifat beliau memang bukan orang yang cerewet. Melihat Poppy
datang terlambat, biasanya beliau hanya melirik sebentar ke arahnya
sambil terus melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja Poppy merasa
senang. Rupanya beliau tidak marah melihatnya terlambat.

Poppy terus menerus datang terlambat ke kantor. Suatu hari, dia tiba
di kantor hampir pukul setengah sepuluh. Tanpa rasa bersalah, dia
masuk ke kantor dan melihat Pak Hary sibuk seperti biasa. Tiba-tiba
Pak Hary menoleh kearahnya dan bertanya: "Kok kamu terlambat lagi?".
Merasa terkejut, Poppy menjawab: "Ada kecelakaan di jalan, pak, jadi
jalanannya macet luar biasa."

"Saya perhatikan akhir-akhir ini kamu selalu datang siang. Dulu kamu
tidak begini. Dulu kamu selalu bisa datang lebih pagi kan?" "Iya,
pak," jawab Poppy sambil sedikit tersenyum malu.

"Poppy, kalau saya tidak pernah menegur kamu karena terlambat, bukan
berarti saya setuju terhadap hal tersebut. Saya bukan tipe orang
yang cerewet. Tapi saya mengharap kalian semua yang bekerja di sini
mampu bersikap sebagai orang dewasa yang tahu mana sikap dan
perbuatan yang baik, pantas dan benar, serta mana yang tidak. Saya
tidak suka memperlakukan kalian seperti anak kecil yang harus
ditegur dan dimarahi."

"Waktu dulu kamu masuk kerja di sini, sudah tahu kan bahwa kantor
dimulai pukul delapan tiga puluh? Saya harap kamu bisa tetap bekerja
sesuai dengan persetujuan pertama kita. Dulu kamu tidak keberatan
kan? Kenapa sekarang jadi terlambat terus? Jangan menunggu ditegur
atau dimarahi untuk berubah."

Poppy merasa bersalah dan minta maaf. Dia berjanji akan datang
lebih. Satu hal yang paling menggugah hatinya adalah perkataan Pak
Hary yang bunyinya:"Jangan menunggu ditegur atau dimarahi untuk
berubah." Poppy sadar, selama ini memang demikianlah kebiasaannya
berpikir. Bukan hanya masalah terlambat masuk kantor. Tapi dalam
segala hal, dia selalu begitu.

Misalnya, dia suka mengejek teman kerjanya dengan sebutan "Doraemon"
karena menurut Poppy, dia sangat mirip Doraemon. Orang tersebut
hanya tersenyum saja kalau dipanggil Doraemon. Sampai suatu hari,
orang itu berkeluh kesah kepada sahabatnya. Ternyata dia termasuk
orang yang sangat tidak percaya diri. Setiap kali dipanggil
Doraemon, dia sebenarnya sangat sedih dan terluka. Rasa percaya
dirinya hilang. Waktu sahabatnya menyuruhnya menyampaikan hal ini
kepada Poppy, dia tidak berani. Takut menyinggung. Akhirnya seluruh
keluh kesahnya disimpannya dalam hati.

Sahabat inilah yang kemudian mengatakan kepada Poppy agar berhenti
menyebut orang itu dengan nama panggilan tersebut. Memang yang
bersangkutan tidak pernah marah, tapi sahabat ini berkata kepada
Poppy: "Dia tidak marah bukan berarti dia suka dipanggil demikian.
Saya tahu hatinya terluka. Sebaiknya jangan memanggilnya demikian
lagi."

Sebenarnya Poppy heran. Menurut dia, panggilan itu hanya untuk
bercanda kok. Mengapa mesti sakit hati? Bukankah itu lucu? Tapi kata
orang itu, mungkin saja bagi Poppy lucu, tapi bagi yang bersangkutan
hal tersebut mengurangi rasa percaya dirinya. Poppy pun menurut. Dia
tidak pernah menggunakan nama panggilan itu lagi.

Selain itu, kalau tidak ditanya oleh atasannya mengenai perkembangan
kerjanya, Poppy juga menyadari bahwa dia justru senang. Untung!
Tidak ditanya! Sehingga kalau Pak Hary tidak menanyakan hasil
kerjanya, dia juga tidak melapor apa-apa. Karena Pak Hary tidak
menegurnya atau marah, dia merasa Pak Hary tidak keberatan. Jadi
Poppy tenang-tenang saja. Baru kalau ditanya dia melapor. Kalau
tidak ditanya, ya... kebetulan. Aman!

Kini merenungkan semua kebiasaannya dalam bekerja dan bergaul, Poppy
merasa malu sendiri. Selama ini dia selalu bersikap seperti anak
kecil. Menunggu ditegur atau dimarahi, baru dia mau mengubah
sikapnya. Betapa bodohnya dia. Kurang peka terhadap perasaan orang
lain. Mempunyai atasan seperti Pak Hary, yang sabar, tidak cerewet
dan jarang marah, seharusnya dia bersyukur. Eh, dia malah
memanfaatkan sikap Pak Hary demi kepentingannya sendiri.

Poppy kini memutuskan tidak akan menunggu ditegur atau dimarahi. Dia
akan mencoba lebih peka dan selalu memperbaiki sikapnya. Dia tidak
akan terlambat lagi ke kantor. Dia tidak akan memanggil Doraemon.
Dia akan mengubah kebiasaannya sebelum ditegur. Banyak hal yang
harus dia perbaiki. Improve Yourself! Do not wait!

Sumber: Menunggu oleh oleh Lisa Nuryanti, Director Expands
Consulting & Training Specialist

Tidak ada komentar: