Kamis, 27 November 2008

Syahwat

Syahwat duniawi

Ada dua faktor yang dapat menghijabi hamba dalam memandang Allah, yaitu syahwat duniawi dan syahwat ruhani. Dua syahwat tersebut berpotensi menjadi hijab seseorang, antara lain keinginan untuk meraih derajat dunia dan akhirat. Dunia kaitannya dengan adat tabiat, sedangkan akhirat berkaitan dengan derajat ruhani.

Syahwat duniawi ialah rasa cinta yang berujung ingin memiliki dan menguasai apa saja yang ada di sekeliling kehidupannya. Sehingga seluruh ruang hatinya dipenuhi oleh rasa cinta sesuatu, hingga lupa kepada Allah.

Contohnya: Rasa cinta yang tumbuh kepada suami, istri, anak, harta, dan lain sebagainya seperti diisyaratkan dalam firman-Nya:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Al-Imran: 14).

Ketika seorang suami sangat mencintai istrinya, kemudian dengan cintanya itu sampai lupa memandang Allah, maka perempuan tersebut menjadi hijab bagi suaminya. Selama seorang suami mencintai istri, tidak mungkin mencintai Allah. Begitu juga sebaliknya, seorang istri yang mencintai suaminya, tidak akan bisa mencintai Allah. Perlu dipahami di sini, bahwa sesungguhnya Allah itu pencemburu. Jika ada seorang hamba yang berani mengambil resiko dengan mencintai selain diri-Nya, maka jangan harap akan sampai keharibaan-Nya. Tapi jika suami istri tersebut menerapkan cintanya sesuai dengan kaidah tauhid, yakni sebagai penjabaran dari cintanya kepada Allah. Maka cintanya itu tidak menjadi hijab, bahkan bisa menjadi pemicu untuk merobek tirai-tirai Ilahi.


Syahwat ruhani

Disamping syahwat duniawi, ada pula syahwat ruhani yang menjadi hijab. Syahwat ruhani itu bersifat kemegahan dan kenikmatan akhirat, termasuk di dalamnya keinginan untuk mendapatkan rahasia-rahasia yang ada wilayah ruhaniah. Seperti mendambakan derajat ruhani yang tinggi sampai ma'rifah, mendapat anugerah bisa keluar masuk alam jin, jadi waliyullah yang bisa bertamasya melihat-lihat syurga dan neraka, bahkan ingin jadi orang yang sempurna di wilayah ruhani dan sebagainya. Semua keinginan tersebut, sekalipun baik maksudnya, namun bisa menjadi hijab bagi orang yang sedang menuju Allah. Karena keinginan tersebut, merupakan angan-angan yang muncul dari syahwat yang tersembunyi (syahwatul khafiah). Hal itu juga dapat memalingkan perjuangan orang yang menuju Allah.

Tidak ada komentar: