Rabu, 03 Desember 2008

Membaca Peluang Usaha

oleh Adhi Nugroho
Alkisah pada suatu waktu ada seorang pedagang baju yang datang ke sebuah desa. Setibanya di desa, dia melihat para penduduk desa tersebut badannya penuh dengan hiasan tattoo dan tidak memakai baju sama sekali.

Kecewa, dia kemudian menulis surat pada istrinya, "Istriku, tidak usah mengirimi aku stock baju untuk dijual di desa ini. Disini tidak ada peluang bisnis. Saya akan pergi ke desa lainnya."

Seminggu kemudian, datanglah pedagang baju yang lain. Dia pun melihat hal yang sama dengan pedagang sebelumnya, tidak ada seorang pun penduduk desa yang memakai baju.

Melihat hal tersebut, kemudian dia mengirim surat pada istrinya, "Istriku, saya telah menemukan pasar baru untuk barang-barang kita. Tolong siapkan baju pria, wanita dan anak-anak. Desa ini akan menjadi pasar yang sangat besar untuk usaha kita. Saya yakin usaha kita akan menjadi maju disini."

Kenapa pedagang kedua tidak segera meninggalkan desa tersebut sebagaimana halnya pedagang pertama dan malah meminta istrinya untuk menyiapkan banyak baju?


Hal yang mendorong pedagang kedua untuk tetap bertahan adalah keberaniannya untuk mengambil resiko dan keluar dari zona nyamannya. Pedagang pertama merasa tidak nyaman ketika berada di desa tersebut karena merasa tidak yakin barang jualannya akan laku terjual. Itu karena dia merasa hanya akan membuang-buang waktu saja bila dia tetap tinggal di desa tersebut, sehingga dia memutuskan untuk pergi ke desa lainnya.

Tetapi hal yang paling membedakan pada kedua pedagang tersebut adalah dalam hal ketajaman dalam penciuman peluang bisnis. Pedagang pertama hanya mampu melihat 'kue' yang sudah terletak di atas meja, sedangkan pedagang kedua mampu melihat 'kue' yang masih tersembunyi. Padahal apabila 'kue' sudah terletak di atas meja, maka akan banyak orang yang punya keinginan untuk memiliki atau setidaknya mendapat bagian dari kue tersebut. Sedangkan kue yang masih tersembunyi tentunya hanya akan dinikmati oleh orang yang menemukan kue tersebut, orang lain hanya akan mendapat sisa atau remah-remahnya saja.

Seorang yang tajam dalam mencium peluang bisnis biasanya bisa melihat kondisi status quo, kondisi dimana orang-orang sudah terbiasa dengan sebuah kebudayaan atau perilaku. Pedagang kedua berani 'menantang' budaya orang desa tersebut dan menawarkan baju pada penduduk desa.

Untuk memperlancar usahanya, pedagang kedua tentunya harus 'mengedukasi' para calon pelanggannya agar mereka semua mau melakukan 'transisi'. Dengan modal keuletan dan kreativitas dalam memasarkan dagangannya, pedagang kedua tersebut tentunya akan berhasil menguasai pasar pakaian di desa tanpa baju tersebut.

Sepertinya memang berat, tetapi tentu hasilnya akan sesuai dengan usaha yang telah dikeluarkan.


Di era yang semakin kompetitif dan informasi yang sudah tersedia, sekarang mana yang akan Anda pilih, kue yang sudah ada di atas meja atau yang masih tersembunyi? Kalau Anda memilih kue yang ada di atas meja, siapkan sumber daya Anda sebaik mungkin untuk bertarung dengan para kompetitor. Bila Anda memilih untuk mencari kue yang masih tersembunyi, carilah kondisi status quo, dan rubahlah kondisi tersebut ke arah yang Anda inginkan!

Tidak ada komentar: