Sabtu, 20 Desember 2008

Tak Henti Mengenalkan Indonesia di Rusia

Pak Lev ini dalem banget mikirin bangsa kita, yak?!
...........................................................................................
Nama Lev Dyomin barangkali tidak begitu dikenal di sini. Tapi, di
Rusia, Dyomin yang seorang akademisi, sejarawan, pengarang, dan
wartawan itu dikenal luas sebagai Indonesianis. Karena itu, ketika
terbetik kabar bahwa Dyomin meninggal 1 April lalu, para pemerhati
ketimuran merasa kaget. Sukar membayangkan, pria umur 84 tahun itu
kini telah tiada. Satu tokoh di Rusia yang hafal seluk-beluk
Indonesia pun dikebumikan di "Perovskoye" Moskow.

Setelah meninggalnya Alexander Guber --mahaguru dan pendasar ilmu
pengetahuan tentang Indonesia dan Asia Tenggara-- Dyomin dinilai
sebagai tokoh utama yang mengenalkan Indonesia di kalangan rakyat
Rusia. Selain baik hati, Dyomin yang memiliki bakat luar biasa dalam
mengarang prosa dan puisi ini adalah seorang yang tekun. Dyomin
adalah sarjana besar dengan ratusan karya ilmiah, puluhan buku
tentang Indonesia dan Timur Jauh Rusia.

Vladilen Tsyganov, seorang profesor dan doktor sejarah Indonesia,
menilai Dyomin sebagai pengarang dengan bahasa tulisan amat bagus.
Dyomin pun mencatatkan diri sebagai orang pertama yang menerbitkan
Kamus Indonesia-Rusia. Tidak mengherankan jika Duta Besar RI di
Moskow, Susanto Pujomartono, menyempatkan diri mengunjungi Lev
Dyomin segera setelah tiba di Moskow dan bahkan sebelum penyerahan
surat kepercayaan.

Dyomin lahir pada 1923 dari keluarga seorang ahli hutan di daerah
Kostroma. Ia mendapat pendidikan pedagogi dan diplomatik di Institut
Pedagogi A. Herzen di Saint Petersburg serta Akademi Diplomatik
Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow. Tahun 1956, Dyomin
menyaksikan kunjungan Bung Karno ke Moskow. Sejak itu, ia begitu
terkesan pada Indonesia.

Dyomin ikut dalam kunjungan Presiden Voroshilov ke Indonesia.
Pramoedya Ananta Toer pernah menjadi penerjemah Dyomin selama di
Indonesia. Kemudian ia mengepalai Bagian Penerangan Kedutaan Besar
Uni Soviet di Jakarta. Ia juga pernah bekerja sebagai koresponden
koran utama Rusia, Pravda, di Asia Tenggara. Sekembali ke Rusia, ia
bekerja selama lima tahun di kantor berita Novosti. Lalu mengajar
sejarah, kebudayaan, dan jurnalistik di Universitas Persahabatan
Bangsa-Bangsa di Moskow.

Banyak buku yang ditulis Dyomin. Satu yang menarik adalah Pendudukan
Indonesia oleh Jepang. Buku 233 halaman itu dibuat berdasarkan
disertasinya dan diterbitkan pada 1963 di Moskow. Dalam buku itu,
Dyomin menyimpulkan bahwa proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus
1945 berarti berakhirnya kekuasaan tidak saja penjajah Jepang,
melainkan juga Belanda.

Buku Dyomin mengenai Pulau Bali mencapai oplah hingga 16.000 lebih.
Bahwasanya Pulau Bali menjadi tempat turis yang populer di Rusia
juga berkat sumbangan Dyomin. Ia dikenal pula sebagai sarjana Rusia
pertama yang menjelaskan makna ideologi Pancasila kepada orang Rusia.

Buku Dyomin yang diterbitkan tidak saja di Rusia, melainkan juga di
Jerman dan Jepang, ialah Awan-awan di Atas Merapi. Berkisah tentang
perkembangan Indonesia pasca-Soekarno. Dyomin pun menulis buku
Pangeran Ajaib (Raden Saleh dan zamannya). Jasa Dyomin yang juga
perlu dicatat adalah keberhasilannya menemukan sketsa lukisan Raden
Saleh di Museum Kesenian Barat yang bertitel Memburu Singga.

Di rumahnya di Jalan Komsomolsky Prospekt, Moskow, Dyomin pernah
berkata, "Setiap hari saya harus menulis sehelai halaman." Jadi,
hasilnya lebih dari 300 halaman satu tahun. Itulah rupanya rahasia
Dyomin mampu menerbitkan begitu banyak buku tentang Indonesia. Yang
menarik, di tembok kamar kerjanya dipasang gambar besar Bung Karno
tengah bertemu Presiden Rusia Voroshilov.

Dyoimin kini telah tiada. Alangkah baiknya kalau rumah Dyomin yang
penuh koleksi aneka barang dan ribuan buku tentang Indonesia dapat
dijadikan museum persahabatan Rusia-Indonesia. Biarpun kecil, pasti
mengesankan.

Svet Zakharov (Moskow)
[Laporan Khusus, Gatra Nomor 22 Beredar Kamis, 12 April 2007]

Tidak ada komentar: