Jumat, 09 Januari 2009

Wujud hijab

Hijab itu pada hakikatnya tidak berwujud, karena tidak ada wujud apapun selain wujud Allah. Sebagaimana Syekh Ibn 'Athaillah menyatakan: "Dan salah satu yang menunjukkan wujud Ke-Maha Perkasaan Allah adalah terhijabnya kamu oleh sesuatu yang sebenarnya tidak ada wujudnya." Para arifin billah telah sepakat bahwasanya sesuatu selain Allah hakikatnya 'adam mahdhi artinya: tidak ada wujud yang berdiri dengan sendirinya, melainkan manifestasi dari wujud-Nya. Apabila menganggap ada wujud yang berdiri sendiri selain wujud Allah, berarti telah terjebak pada syirik dan hilanglah kemurnian tauhid yang sesungguhnya. Faktor penyebab hijab bagi orang yang menuju kepada Allah, adalah memandang wujud selain Allah itu ada.

Allah menciptakan segala wujud akwan (keadaan) ini dari-Nya dan kembali kepada-Nya. Karena wujud tiap sesuatu itu hakikatnya adalah dengan-Nya, bagi-Nya dan serta-Nya. Alam semesta hakikatnya 'adam (tidak ada).

Keadaan apapun hakikatnya juga tidak ada, karena yang maujud (ada) hanya Allah. Karena wujud alam pada hakikatnya tidak ada, jika menjadi ada dalam pandangan seseorang, maka itulah yang menjadi hijab dalam memandang wujud Allah. Syekh Abul Hasan As Sadzili ra.

berkata, " Bahwasanya kami memandang Allah dengan mata Iman dan yaqin. Hal itu telah menjadi alasan kami untuk senantiasa memandang Allah. Dan kami bertanya tentang keberadaan makhluk, adakah wujud makhluk sebagai sesuatu selain Allah? Jawabnya:

Ternyata kami tidak menemukan wujud selain Allah.

Apabila ada wujud selain Allah, maka hal itu merupakan sebuah fatamorgana yang bila dicari dan dikejar tidak akan ditemukan."

Pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang mendindingi Allah, kecuali diri makhluk itu sendiri. Kalau ada yang menganggap Allah terhijabi, berarti orang tersebut belum mengerti hakikat hijab. Bagaimana mungkin Allah bisa dihijabi oleh sesuatu, padahal Allah Maha segala-galanya. Kalau Allah terhijab sesuatu, berarti ada suatu kekuatan lain yang mampu menghijabi Allah. Kalau ada sesuatu yang lebih kuat menghijabi Allah, berarti Allah majhul (terpedaya), berarti juga ada yang lebih dominan daripada Allah.

Maha Suci Allah dari sangkaan orang-orang yang tertutup mata hatinya.



Kedekatan-Nya

Bagaimana Allah terhijabi sementara Dia begitu dekat kepada hamba-hamba-Nya.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaaf: 16 )

Ayat tersebut menegaskan keberadaan Allah yang sangat dekat kepada hamba-hamba-Nya. Jika dibuat misal, maka kedekatan Allah dengan hamba bagaikan ruh dengan jasad. Bagaimana bisa, jasad mencari ruh, sementara ruh meliputi jasad. Ruh tak akan tampak tanpa adanya jasad. Jasad tak akan hidup tanpa adanya ruh.

Kendatipun dua hal tersebut berbeda wujud, namun hakikatnya satu dalam arti melengkapi pada kenyataan wujud. Tergantung dari sisi mana melihatnya. Apapun yang terlalu dekat, bisa menjadi hijab. Begitu juga sebaliknya, sesuatu yang jauh juga bisa tidak terlihat. Maka tidak terlihat itu juga hijab. Sengaja Allah menciptakan hijab bagi diri-Nya dibalik alam semesta ini, karena tidak ada yang mampu menghijabi Allah kecuali Allah. Karena hakikatnya tidak ada suatu apapun melainkan perwujudan-Nya.

Allah menghijabi diri-Nya dengan berbagai cara, diantaranya dengan menciptakan akal dan nafsu. Akal dapat menjadi hijab bagi hamba dalam memandang Allah karena akal bersandar kepada dalil-dalil logika yang rasional. Dengan rasionalitasnya akal akan menuntut fakta yang riil dan menolak hal-hal yang bersifat abstrak dan irasional. Sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh akal, tidak riil dan tidak rasional, dianggap sebagai kemustahilan bagi akal. Disitulah munculnya hijab. Sementara akal dan rasio tidak akan mampu menjangkau kedalaman wilayah ketuhanan. Ada keterbatasan-keterbatasan yang membelenggu akal dan rasio dalam memahami wilayah ketuhanan. Karena keterbatasannya itu, maka dalam memahami wilayah ketuhanan harus memakai akal yang didasari iman.

Sedangkan nafsu dapat menjadi hijab dalam memandang Allah karena nafsu menghendaki kesenangan duniawi semata. Maka bagi orang yang terpedaya dengan nafsunya niscaya akan sulit memandang Allah. Sebab salah satu karakter nafsu adalah selalu mengajak untuk berpaling dari Allah.

Sesungguhnya hijab adalah selimut diri-Nya. Dibalik hijab tersimpan sebuah rahasia wujud Kemaha Perkasaan-Nya dan ke-Elokan-Nya. Jika seorang hamba telah menyingkap hijab, maka akan menemui dirinya fana' (sirna) dan bersemayam di baqa' billah (kekal dengan Alah).

Setelah memahami berbagai hijab, baik hijab dunia maupun hijab ruhani, dapat dimengerti betapa hidup seorang hamba dipenuhi oleh pergulatan demi pergulatan untuk menyingkap hijab. Dimanapun, kapanpun, bahkan dalam setiap tarikan nafasnya. Adalah merupakan sebuah anugerah, bila diberi kemampuan dapat mencermati setiap pergulatan menuju kepada-Nya. Karena sesungguhnya hanya Allah sajalah yang dapat menyingkap hijab-hijab wujud-Nya.

Tidak ada komentar: