Selasa, 27 Juli 2010

Perempuan Bergelar Ibu

Ia tak secantik dan seanggun kaum bendoro putri
Tak pula segesit dan sepintar perempuan modern masa kini
Kulitnyapun tak sehalus bintang iklan yang berseri
Cara bertuturnya tak sepiawai petinggi-petinggi negeri ini

Tapi bagiku..
Ia perempuan paling hebat dalam hidupku
Perempuan paling sabar sekaligus paling kuat di mataku
Belaian tangannya selalu berhasil meredam gundahku
Tuturnya yang sederhana membangkitkan semangatku

Bertahun lalu
Aku menyangka ia tak sayang karena sering marah-marah padaku
Aku mengira ia tak sayang karena tak selalu menuruti permintaanku
Aku menduga ia tak peduli karena membebaskan beberapa pilihan dalam 
hidupku
Aku merasa ia tak cinta karena tak pernah mengucapkannya

Tapi ternyata..
`Marah'nya Ibuku adalah pagar yang membatasiku dengan mala dan petaka
`Pelit'nya Ibuku adalah pelajaran untuk menghargai segala sesuatu
Ke'tidakpeduli'annya adalah sikap demokratis untuk mengajariku 
bertanggung jawab
Tatapan kasihnya ternyata lebih bermakna cinta daripada sekedar kata

Ketika senang, kita berpesta merayakannya bersama teman
Namun ketika sedih, ternyata masih pula kita mencari pelukan Ibu..
Ibu jadi seperti betadine* saja, diperlukan ketika kita terluka

Dulu kupikir..
Ketika aku jauh, tentulah Ibuku senang terbebas dari segala 
kenakalanku
Betapa picik pikiranku, karena ternyata seorang Ibu tak bisa berhenti 
memikirkan anak-anaknya meskipun kita sudah beranjak dewasa, bahkan 
menua
Mungkin ketika kita terlelap, masih ada mata keriput Ibu menitikkan 
air mata dan berdoa memohon kesehatan anak-anaknya
Ketika kita disibukkan bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup, doa 
perempuan yang kita sebut Ibu mungkin selalu menjaga kita dari goda
Kasih yang abadi, cinta yang tak bersyarat sama sekali



Ya Allah terimakasih telah Kau kirimkan untukku seorang ibu..

Tidak ada komentar: