Senin, 26 Mei 2014

Prabowo Mengancam Kepentingan Amerika Serikat di Indonesia

Jakarta (voa-islam.com) Media ini melalui rubrik opini, beberapa waktu yang lalu, berdasarkan informasi yang sifatnya 'inside', sudah mengungkapkan, bahwa Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Singapura, tidak akan mendukung Prabowo Subianto.
Sekarang, media New York Times, tanggal 26 Maret 2014, memberitakan, bahwa Amerika Serikat tidak memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto.Prabowo dianggap mengancam kepentingan Amerika Serikat di Indonesia.
Di mana Amerika Serikat memiliki banyak perusahaan besar, seperti Free Port, yang  merupakan perusahaan tambang emas, terbesar di dunia. Indonesia hanya mendapatkan 1 persen dari Free Port, yang dimiliki oleh perusahaan Yahudi-Mc.Moran, serta komisarisnya mantan Menlu Amerika Henry Kissinger.
Nampaknya, pemberitaan soal sikap Amerika Serikat tidak merestui Prabowo sebagai capres membuktikan campur tangan pihak Amerika Serikat, sangat kuat terhadap hasil Pilpres 2014.
 
Sikap Prabowo yang keras  dan terus menggelorakan nasionalisme itu, menjadi  alasan Amerika Serikat tidak merestui Prabowo sebagai capres. Ini jelas bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat di Indonesia.
 
Mungkin Amerika Serikat takut kepada Prabowo yang karakternya tidak berkompromi itu, dan Prabowo akan berubah seperti Hugo Chavez, yang menggelorakan anti Amerika Serikat di Amerika Latin, dan kemudian melakukan nasionalisasi terhadap seluruh perusahaan minyak di negara itu.
 
Sebelumnya, harian New York Timesmemberitakan soal penolakan Amerika Serikat (AS) terhadap Prabowo Subianto apabila menjadi presiden. Amerika Serikat sangat keberatan apabila Prabowo nantinya menjadi orang nomor satu di Indonesia.
 
Amerika Serikat, nampaknya akan memilih Jokowi, yang dianggap lebih lunak, dan dapat diatur, seperti tergambar dari pemberitaan di media Amerika terhadap Jokowi. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, melakukan kunjungan ke Balai Kota DKI, dan bertemu dengan Jokowi, dan menyatakan dukungannya kepada capres PDIP itu.
 
Sungguh sangat naif, bila Amerika Serikat menolak Prabowo dan mendukung Jokowi. Ini akan menjadi preseden sejarah, PDIP dan Jokowi yang mengaku membela rakyat dan 'wong cilik' ternyata dibelakangnya kepentingan Barat, yang memang ingin menjajah Indonesia. (afgh/dbs/voa-islam.com).

Tidak ada komentar: