Senin, 27 Oktober 2008

Biaya Mutu sebagai Barometer TQM

Pada dunia TQM, istilah lain seperti Biaya Mutu atau COQ (Cost Of Quality) telah menyebabkan kebingungan. Secara sederhana, Biaya Mutu mengidentifikasikan area untuk perbaikan proses. Terminologi ini timbul untuk memenuhi kebutuhan untuk mengukur dan mengkomunikasikan mutu dalam bahasa uang, terutama untuk konsumsi manajemen puncak. Biaya mutu adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk yang sesuai dengan standar mutu, termasuk pemborosan yang terjadi.


Biaya Mutu = Biaya produk yang sesuai (mencapai standar mutu) + Biaya produk yang menyimpang (pemborosan).

Oleh karena itu, biaya yang berhubungan dengan mutu dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:


1. Biaya Preventif.

Biaya ini berhubungan dengan semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah terjadinya cacat atau penyimpangan terhadap standar mutu. Contohnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk semua orang yang berada di departemen mutu, kegiatan membangun mutu (built-in-quality), pemantauan pemasok, peninjauan pemasok, pembinaan pemasok, peninjauan data order pembelian dan perencanaan mutu pemasok.


2. Biaya Penilaian.

Biaya ini berhubungan dengan kegiatan pengukuran, evaluasi, atau pemeriksaan produk untuk menjamin kesesuaiannya dengan standar mutu dan kebutuhan kinerja. Contohnya adalah pemeriksaan atau verifikasi terhadap material yang sudah dibeli, penilaian pembelian, kualifikasi produk pemasok dan program inspeksi serta pengelolaan sumber.


3. Biaya Kerusakan.

Biaya ini berhubungan dengan evaluasi dan kegiatan koreksi atau penggantian produk cacat, komponen/material yang tidak memenuhi standar mutu, termasuk biaya kerusakan internal yang mengakibatkan tertundanya pemenuhan atau pengiriman produk dan peningkatan mutu jasa, serta biaya kerusakan eksternal yang terjadi setelah produk dikirim atau jasa dipakai.


Dasar hubungan antara ketiga kelompok biaya tersebut adalah bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktifitas preventif dan penilaian dapat secara substansial mengurangi biaya kerusakan. Dalam kaitannya dengan usaha pengurangan biaya, berkurangnya kerusakan eksternal mengakibatkan kecilnya pengaduan pelanggan.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh American Society for Quality Control (ASQC) memperlihatkan 30% dari pendapatan industri digunakan untuk biaya kerusakan/ketidaksesuaian (producing error), 7% untuk biaya penilaian (inspection work), dan hanya 3% untuk biaya preventif (preventing error).


Hal yang sangat mendorong bagi para Manager dan eksekutif di Amerika untuk mengetahui TQM adalah pentingnya posisi perusahaan-perusahaan Amerika dalam persaingan global. Yaitu dengan adanya kecenderungan menurunnya posisi pangsa pasar dalam bisnis mobil dan barang-barang elektronik jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Akibatnya banyak perusahaan AS yang kemudian mengadopsi TQM dari bangsa yang menyusun konsep TQM tersebut.


Dibeberapa perusahaan Amerika yang sukses, dalam tahap penerapan TQM mereka berkonsentrasi pada mutu produk dan kepuasan pelanggan. Perbaikan ini dilakukan secara berkesinambungan disepanjang organisasi perusahaan. Pelajaran yang terpenting yang diambil AS dari Jepang adalah berkembangnya industri di Jepang secara evousi. Dan hasilnya dapat dilihat dengan membandingkan posisi industri AS sekarang dengan posisi masa lalunya.

Pada tahun 1986, dibentuk satu tim khusus dari departemen pertahanan AS yang diberi nama Technology Assessment Team (TAT). Tim ini melakukan studi-studi dan evaluasi terhadap pabrik-pabrik, teknologi dan keahlian berorganisasi bangsa Jepang. TAT menemukan bahwa AS hanya mengandalkan hasil terbaik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif pada teknologi produk, jika dibandingkan dengan praktek-praktek manufaktur dan pengembangannya. Sementara Jepang berusaha sesempurna mungkin dalam bidang manufaktur, penguasaan teknologi tinggi, pengelolaan limbah dan kemampuan berorganisasi. Terdapat 6 kunci sukses Jepang yang berhasil diidentifikasi oleh TAT, yaitu:

  1. Pengenalan manufaktur sebagai faktor yang strategis
  2. Proses perancangan produk dan umur produk
  3. Mutu
  4. Proses perbaikan secara berkelanjutan dalam manufaktur
  5. Sumber daya manusia
  6. Pemasok

Pengenalan Manufaktur sebagai Faktor yang Strategis

Bangsa Jepang percaya bahwa manufaktur yang baik merupakan kunci keberhasilan bagi kemakmuran bangsa dan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Pada tahun 1960-an institusi pemerintah Jepang MITI membuat program strategis untuk memodernisasi pabrik-pabrik kecil. Sehingga dapat dihasilkan produk-produk yang bermutu dan berteknologi tinggi. Program ini terus berlangsung sampai sekarang, disamping itu pemerintah juga meningkatkan pendidikan rekayasa (engineering) sehingga dihasilkan lulusan-lulusan yang bermutu baik.

Proses Perancangan Produk dan Umur Produk

Hasil dari rancangan yaitu agar dapat dihasilkan komponen-komponen yang lebih sedikit variasinya, lebih standar dan lebih mudah untuk diproduksi secara massal. Sehingga komponen tersebut sangat mudah untuk diubah, dan tidak akan pernah ketinggalan zaman. Karena kemudahan dalam mengubah bentuk komponen tersebut, maka biaya pembuatan dan tingkat kesalahan juga dapat ditekan sedemikian rupa, sementara mutu yang dihasilkan juga akan tetap tinggi.


Mutu

Mutu yang dihasilkan oleh bangsa Jepang sangat ditentukan oleh perbaikan terus menerus yang dilakukan. Mereka yakin bahwa mutu adalah bagian dari produk yang dibuat dan mutu merupakan tanggungjawab semua karyawan mulai dari Presiden Direktur sampai tingkat terendah yang terlibat dalam proses yang mempengaruhi mutu. Di Amerika Serikat, 20-25% dari biaya produksi hanya digunakan untuk mencari dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Sementara di Jepang, hanya 3% saja yang digunakan untuk aktivitas tersebut. Yang terjadi pada bangsa Jepang adalah bahwa seorang operator juga melaksanakan proses inspeksi selama berlangsungnya suatu proses produksi, ia bahkan juga bisa menganalisa sampai mengambil inisiatif perbaikan untuk ketidaksesuaian yang ditemui. Cara kerja ini ternyata berhasil meningkatkan semangat kerja dan motivasi karyawan. Hanya masalah-masalah yang tak dapat diselesaikan di tingkat bawahlah yang baru dibawa ke tingkat yang lebih tinggi.

Dengan usaha tambahan dari para pekerja, pengiriman yang tepat waktu dan menjaga persediaan stok serendah mungkin telah menjadi suatu motivasi bagi para pekerja. Kondisi ini secara tidak langsung juga mempengaruhi dan membina para pemasok, sehingga standar mutu yang tinggi selalu terjaga. Tingkat kesalahan yang dicapai adalah 1 komponen disetiap 1.000.000 komponen, dan 1 kesalahan perakitan disetiap 250.000 hasil rakitan.


Proses Perbaikan yang Berkelanjutan dalam Manufaktur

Pendekatan rancangan fasilitas pabrik dilakukan se-fleksibel mungkin, sehingga perbaikan dapat terus menerus dilakukan. Dengan cara ini peningkatan produktivitas, efisiensi, dan mutu akan dapat tetap dilakukan. Aliran material disesuaikan dengan proses produksi, dan material yang dikirim hanya material yang dibutuhkan saja. Dengan metode “Just In Time” (JIT) maka biaya-biaya penyediaan stok, ongkos transportasi dan sewa gudang dapat dikurangi secara signifikan. Fakta menunjukkan bahwa bangsa Jepang dapat dengan mudah melakukan perubahan jumlah produksi dan jenis produk secara fleksibel.


Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan aset terpenting bagi perusahaan. Para Manager percaya bahwa para karyawannya akan memberikan seluruh kemampuannya bagi perusahaan. Lulusan STM di Jepang setingkat dengan lulusan D3 (Junior Colledge) di AS. Dalam satu pabrik di Jepang jumlah insinyurnya hampir 4 kali lipat dibandingkan dengan di AS. Perusahaan juga mengadakan pelatihan-pelatihan di dalam maupun di luar perusahaan dan setiap tiga tahun diadakan rotasi pekerjaan. Para pekerja mendapat kompensasi yang cukup, memiliki kepercayaan diri dan keinginan bekerja yang tenang. Sesuatu yang masih merupakan suatu impian bagi bangsa Indonesia saat ini.


Pemasok

Pemasok dari Jepang lebih produktif jika dibandingkan dengan pemasok di AS. Hal ini dapat terjadi karena ada jaringan informasi yang kuat antara perusahaan inti dengan pemasoknya. Di Jepang pemasok ditetapkan beberapa buah dan hubungan kerjasama biasanya dijalin untuk jangka waktu yang panjang. Selain itu terhadap pemasok selalu dilakukan pemantauan terhadap mutu, unjuk kerja dan harga.

Pada tahun 1987-1988, satu tim yang terdiri dari 6 Profesor senior di MIT (khususnya komisi bagi produktivitas industri) mengadakan penelitian terhadap 8 industri besar di 3 benua untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang mempunyai pengaruh bagi mutu dan produktivitas. Studi tersebut berhasil mengidentifikasi 6 pola kelemahan berulang yang terdapat pada industri-industri AS, yaitu:

1. Strategi-strategi yang kadaluarsa.

Kepercayaan kita terhadap produksi masal dari barang-barang komoditi standar telah membutakan kita bagi pertumbuhan kekuatan inovasi teknologi dan sains di luar negri.

2. Orientasi keuntungan jangka pendek.

Industri manufaktur AS cenderung menekankan keuntungan jangka pendek yang kurang berorientasi pada mutu, produktivitas, dan pengembangan produk.

3. Kelemahan dalam pengembangan teknologi dan produksi.

Perusahaan AS menemui kesulitan dalam merancang produk-produk sederhana, handal dan yang mudah diproduksi. Kita gagal memberikan perhatian yang cukup pada tingkat perancangan untuk mengurangi masalah-masalah dalam proses manufaktur.

4. Mengabaikan sumber daya manusia.

Pembaharuan besar-besaran dibutuhkan dalam sistem pendidikan Amerika. Ketika memasuki dunia bisnis, anak-anak muda kita berada jauh dibelakang perhimpunan lainnya dalam bidang matematika, sains, dan penguasaan bahasa. Sementara di tempat kerja, pelatihan-pelatihan dibatasi dan sangat sedikit jumlahnya serta hanya sekedar “Following Joe Arroung”.

5. Kegagalan dalam bekerjasama.

Kurangnya kerjasama pada sejumlah tingkatan; terutama antar individu dan kelompok dalam suatu perusahaan, antara perusahaan dengan pelanggan dan pemasok mereka, antar perusahaan-perusahaan dalam industri yang sejenis, antara buruh dan majikan, dan antara perusahaan dan pemerintah.

6. Perbedaan tujuan antara pemerintah dan dunia industri.

Industri-industri AS dalam penyelesaian permasalahannya tidak banyak melibatkan campur tangan pemerintah. Dan kakunya peraturan pemerintah merupakan masalah yang utama.

Menanggapi laporan-laporan dari ASQC, TAT, dan MIT tersebut maka sejumlah perusahaan AS kemudian mulai berbenah diri dan secara bertahap mengadopsi TQM kedalam konsep pengembangan bisnisnya. Tercatat sejumlah perusahaan AS yang telah berhasil menerapkan TQM, antara lain:

  • A.T. Cross
  • AT & T Network Operations Group
  • ITT Defense
  • Motorola
  • Texas Instruments
  • Westinghouse’s Commercial Nuclear Fuel Division


A.T. Cross

Setiap karyawan produksi diberi kebebasan untuk menolak setiap komponen yang tidak sempurna selama proses produksi. Setelah produk selesai, perusahaan memberi jaminan pada umur produk.

AT & T Network Group

Setiap karyawan dan para direktur melakukan peninjauan kembali terhadap tiga “Tuntutan Pelanggan yang Terpecahi” dan melakukan pertemuan dengan para pelanggan untuk mengetahui apakah pelanggan tersebut benar-benar puas dengan pemecahan yang telah dilakukan. Tidak semua solusi memuaskan pelanggan. Ada sejumlah pelanggan mengatakan bahwa karyawan AT & T kurang perhatian terhadap proses dan sistem yang tidak baik. Temuan-temuan ini merupakan langkah dasar untuk melakukan perbaikan.

ITT Defense

Dalam usahanya melaksanakan TQM, ITT Defense mengadakan pertemuan dengan para pelanggannya untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para pelanggan. Tujuan akhir dari pelaksanaan TQM di ITT Defence adalah melaksanakan filsafat dasar dari prinsip-prinsip perbaikan yang berkesinambungan yang akan menjadi suatu pendekatan bisnis yang lazim di ITT Defense.

Motorola

Perusahaan ini merupakan salah satu penerima “Malcolm Baldrige Award” pertama, suatu penghargaan yang diberikan Departemen Perdagangan AS untuk perusahaan-perusahaan yang bermutu tinggi. Program formalnya yaitu “Enam Sigma” (Six Sigma) dimana target cacat (defect) tidak lebih dari 3.4 cacat per satu juta produk. Program ini dikemudian hari menjadi model bagi banyak perusahaan di Amerika Serikat.

Texas Instruments

Perusahaan ini melakukan investasi untuk teknik-teknik perbaikan. Salah satu diantaranya dalam metoda Statistical Process Control (SPC), suatu metoda pengukuran dan pengendalian perbedaan pada proses-proses operasi/produksi. Selain itu juga dalam metoda Quality Function Deployment (QFD) yaitu sebuah teknik untuk mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan.

Westinghouse’s Commercial Nuclear Fuel Division (CNFD)

Perusahaan ini mendapat penghargaan unjuk kerjanya yang ke-10 dalam industri nuklir. Produknya sebesar 99.995% tanpa cacat, CNFD adalah termasuk penerima “Malcolm Baldrige Award” pertama. CNFD mempunyai lembaga pusat mutu dan produktivitas tinggi di Westinghouse, yang didirikan pada tahun 1979. Lembaga ini merupakan hasil kerjasama sponsor pertama untuk peningkatan mutu dengan 130 perencana mutu, insinyur mutu, dan konsultan mutu sebagai karyawannya. Pada tahun 1990, ketua dewannya yaitu John Marcus menginstruksikan agar semua divisi yang berjumlah 90 divisi untuk bersaing dalam memperebutkan “George Westinghouse Total Quality Award”, sebuah penghargaan internal setelah “Malcolm Baldrige Award”. Unit terbaik dan unit yang paling meningkat masing-masing akan menerima US$ 200.000 untuk membiayai semua kegiatannya “selama hal itu tidak melanggar aturan susila dan hukum”. Adapun menurut Marcus, mutu adalah:

  1. Suatu hal mengenai kelangsungan hidup
  2. Memerlukan perubahan budaya
  3. Memerlukan waktu
  4. Menuntut perhatian manajemen puncak
  5. Membutuhkan penilaian
  6. Harus melibatkan semua orang


Information From

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Earn the demonic with two backs casinos? lucubrate this firsthand [url=http://www.realcazinoz.com]casino[/url] commander and wing it denigrate online casino games like slots, blackjack, roulette, baccarat and more at www.realcazinoz.com .
you can also invite witness to our latest [url=http://freecasinogames2010.webs.com]casino[/url] gen at http://freecasinogames2010.webs.com and stoop displace incredibly unsuitable !
another originative [url=http://www.ttittancasino.com]casino spiele[/url] within an eyelash of is www.ttittancasino.com , because german gamblers, come by a away the widespread off the mark of the characterize way in manumitted online casino bonus.

Anonim mengatakan...

tick c struggle for payment all to put up with this gratis [url=http://www.casinoapart.com]casino[/url] damages at the consequential [url=http://www.casinoapart.com]online casino[/url] signal with 10's of na‹ve [url=http://www.casinoapart.com]online casinos[/url]. actions [url=http://www.casinoapart.com/articles/play-roulette.html]roulette[/url], [url=http://www.casinoapart.com/articles/play-slots.html]slots[/url] and [url=http://www.casinoapart.com/articles/play-baccarat.html]baccarat[/url] at this [url=http://www.casinoapart.com/articles/no-deposit-casinos.html]no slant casino[/url] , www.casinoapart.com
the finest [url=http://de.casinoapart.com]casino[/url] against UK, german and all unrivalled the world. so seeking the choicest [url=http://es.casinoapart.com]casino en linea[/url] corroborate us now.

Anonim mengatakan...

It isn't hard at all to start making money online in the hush-hush world of [URL=http://www.www.blackhatmoneymaker.com]blackhat system[/URL], It's not a big surprise if you don't know what blackhat is. Blackhat marketing uses not-so-popular or little-understood methods to produce an income online.