Jumat, 31 Oktober 2008

Bila Cinta Memilihmu

Visa Amerika sudah ditangannya. Saskia menjulurkan tangan keluar
dari bajaj, meminta pengemudi dibelakang mengurangi kecepatan.
Maklum lah Supir Bajaj hampir bisa dibilang tidak berperasaan kalau
membawa penumpang

"Stop kiri pak!" Ujarnya menghentikan laju bajaj tersebut .

Saskia mengeluarkan uang lima ribu rupiah sambil mengucap terima
kasih. Kakinya yang panjang bergegas memasuki lapangan parkir
kantor. Huh dimana kartu karyawan tersebut diselipkan katanya dalam
hati

"Pagi Sas!"
"Hi, Morning Rob, How are you today?"
"Good!. You come so early today"
"Yap, no traffic jam at all this morning"

Diliriknya guess yang melingkari pergelangan tangan kanannya. Pukul
tujuh lewat lima belas. Hal yang sedikit aneh karena biasanya dia
tiba sekitar setengah delapan pagi. Rob adalah seorang finance
manager di tempat Saskia bekerja. Bule yang satu ini memang sangat
Indonesia sekali. Penuh basa-basi dan sangat dekat dengan kolega dan
staf-stafnya . Saskia tersenyum manis kepadanya sambil melambaikan
tangan tanda berpisah karena ruangan mereka berbeda. Michel membalas
sambil mengangkat tangan pula.
Dengan Sigap Saskia membuka emailnya

"Hi, Morning Mr. Big" tulisnya. Saskia melanjutkan
"Saya sudah dapat Visa Amerika bahkan saya sudah booking penerbangan
minggu depan dengan Northwest tanggal November 6th . Saya akan stop
over di Singapore, mungkin menginap di hotel transit di Airport satu
malam dan di Jepang beberapa jam, everything went smoothly at US
Embassy. I even surprise the procedure to get Visa was not too
complicated" Saskia berhenti sebentar. Tangannya mencari-cari
pulpen dilaci. Digigitnya pulpen tersebut sebentar dimainkan
ditangan- kebiasaan buruk dikala gugup.
"Doakan saya bisa sampai disana. Donï't forget bring me red rose as
your promised"
Ditekannya tombol send dan surat elektronik itupun melayang
keseberang sana.

Perkenalannya dengan lelaki yang disapanya Mr Big sudah berjalan 6
bulan sampai Saskia memutuskan untuk menemui lelaki tersebut di
negeri paman sam. Awalnya seorang teman yang memperkenalkan lewat
telepon.
Hati Saskia yang remuk redam sejak kepergian sang tunangan kealam
baka, membuatnya menutup pintu hati setahun lebih. Rika, sang teman
yang menikah dengan pria bule disana yang mengenalkan dia dengan
Jeffry. Menurut Rika, Jeffry sudah lama tinggal dan bekerja di
Amerika. Dia memutuskan meninggalkan Indonesia sebab kekasihnya
memutuskan menikah dengan pria lain beberapa tahun yang lalu.
Sehingga pada saat perusahaannya di Indonesia menawarkan dia untuk
pindah dan rotasi ke kantor pusat di Seattle, Jeffry tidak membuang
kesempatan tersebut.
"Jadilah Jeffry stay disini almost 7 years Sas" kata Rika suatu hari

"Dia pria yang baik bukan Rik? Aku capai untuk memulai hubungan lagi
dengan orang lain. Aku ingin menikah dan punya hubungan serius tapi
aku ngga tahu apakah aku mampu untuk itu Rik" Saskia terdengar ragu
waktu Rika membujuknya datang

"He is a good person Saskia. I won't give you a bad one . You are my
best friend"

"Ya, tapi I heard that US Embassy now is more selective to give Visa
for Indonesian. Sejak Negara kita tersinyalir ada teroris
internasional Rik!. Aku ngga yakin bisa dapat Visa Amerika .lagipula
aku ada ujian akhir November ini dan aku ngga mungkin ninggalin itu
semua"

"Sas- Don't give up. Just try. You need someone. Aku tahu kamu orang
yang gila kerja, gila sekolah tapi ingat dong kamu juga butuh
kehidupan lain sejak Marcel pergi. Ok finish your examination then
book the ticket afterward, bagaimana?"

Saskia menggigit bibirnya. Entah apa yang harus dikatakan kepada
Rika. Sejak perkenalannya 6 bulan yang lalu, Saskia merasakan
sesuatu yang berbeda dengan Jeffry. Saskia tidak ragu-ragu untuk
menelpon Jefry berjam-jam menghabiskan uang ratusan ribu untuk
sekedar "say hi" begitupun dengan Jeffry yang tidak bosan-bosan
menelponnya juga atau mengirim email. Hubungan jarak jauh dengan
pria yang belum pernah dilihatnya secara nyata membuahkan suatu
imajinasi dan janji buat Saskia

"Saya kirim foto lewat email ya Sas" Begitu panggilan Jeffry
untuknya.
"You have to send me the new one, all right! I don't know what
happened with me tapi sungguh Saya koq kangen ama kamu ya?" lanjut
Jeffry ditelpon
Saskia tersenyum dalam hati. Inikah pria yang Tuhan janjikan
buatnya?. Diakhir doa, Saskia tidak pernah lupa agar Tuhan
mempertemukan dia dengan pasangan hidupnya.
Sejak kematian Marcel, Saskia hampir bisa dibilang putus asa untuk
memikirkan pernikahan lagi. Hatinya benar-benar sudah tertutup Dan
apakah waktu itu sudah datang Tuhan? tanyanya dalam hati.
"Ya Jeff, I will send it to you" jawab Saskia

November 2000

Perjalanan yang melelahkan. 18 Jam dipesawat sudah cukup membuat
Saskia gugup. Bagaimana rasanya bertemu Jeffry, batinnya. Akan kah
Jeffry menyukainya? Akan Pria itu memperlakukannya dengan baik?.
Bagaimana kehidupan Jeffry di Amerika ini? Bebaskah dia?. Saskia
terus membatin. Ditepisnya semua pikiran-pikiran negative tentang
Jeffry.

Airport Tacoma cukup besar. Saskia nyaris tersasar jika tidak
bertanya. Cuaca menjelang winter cukup berkabut. Pesawat yang
ditumpanginya terpaksa memutar dan mendarat di Portland untuk
clearance dan harus menunggu beberapa saat karena cuaca yang tidak
bagus untuk mendarat di Seattle. Alangkah perjuangan yang luar biasa
untuk menemui seorang Jeffry, batinnya lagi.

"Excuse me Mam, Do you have a coin? .I would like to call my friend
but don't have one .Do you mind if I change 2 dollar only?"
"No, I don't have. Sorry"
Jawaban singkat yang tidak mengenakan. Saskia memutar kepalanya ,
melihat sekeliling. Tas sudah ditangan tetapi sang penjemput belum
juga kelihatan. Dia hanya mau meyakinkan bahwa Jeffry sudah
berangkat dari apartemennya untuk menjemputnya di Tacoma. Tiba-tiba
seorang sekuriti beseragam mendekatinya

"Can I help you mam?"
"Yap" jawab Saskia sigap
"I need coin to call my friend and make sure he is about to pick me
up?"
"I don't have but you may use our telephone at counter. As long as
it is local phone, you may use it free"
Sambil mengucap terima kasih, Saskia menarik kopernya menuju counter
yang ditunjuk oleh petugas bandara tersebut.

"Ya Sas, Saya dalam perjalanan. There is an accident in highway so
agak sedikit macet. I will be there in 10 minutes"
"Okay" Saskia menutup telpon dan mengangkat tangan ke petugas
bandara tersebut tanda ucapan terima kasih sekali lagi.

Seikat bunga mawar merah menyambut Saskia begitu Jeffry menjejakkan
kaki di Airport. Saskia terkejut ternyata Jeffry menepati janji
untuk membawakan mawar merah jika Saskia jadi datang.
"Ayo jangan bengong begitu, diambil bunganya dan disalam dong
temanku ini"
Saskia mengulurkan tangannya ke Jeffry , yang disambut hangat
olehnya.
Tinggi, besar, rambut yang jarang dikepalanya. He looks older than
his age, Saskia membatin.
Sementara masih dengan kekikukan satu sama lain Rika memeluk Saskia
erat
Menempelkan pipinya dipipi Saskia. Dua sahabat yang hampir setahun
tidak bertemu.
"Long time no see Saskia!"
"Hey we only separate 1 year friend!" Saskia mempererat pelukannya
juga
"You look so slim now .How come?"
"Ngga makan junk food non. Takut! Jadi gue geber aja ama salad tiap
malam"
Saskia tergelak. Rika sangat menjaga penampilannya. Waktu kepindahan
dia dan Bruce ke Amerika . Rika sempat ketakutan dengan pola makan
orang-orang bule katanya.
"where is Bruce?"
"Ah dia lagi di New York .Baru kembali menjelang Christmas nanti.
Kerjaan, biasa lah"
Rika menggandeng tangan Saskia. Sementara Jeffry berjalan dibelakang
mereka
"Anakku sudah tidur habis ngga nyangka kamu datang malam begini.
Tadinya aku mau bawa dia menjemputmu"
"Iya, pesawatnya delay hampir 2 jam di portland .Hampir 18 jam kalo
ditotal sejak aku take off dari Singapore Rik"
Udara dingin menerpa kami sekeluar dari Bandara Tacoma atau lebih
dikenal Sea-Tac.
"Akhirnya sampai juga di Amerika ya Sas!. You look so tired" Jeffry
mulai bersuara.
"I am"
"You get staying permit for how long?"
"six months"
"great!" serunya
"maksud kamu?"
"Iya, dengan enam bulan staying permit. Kamu bisa urus social
security disini juga ambil driving license. Mungkin juga kamu ngga
perlu pulang lagi ke Indonesia Sas, bukan begitu Jeff?" Sela Rika
menggoda. Saskia tersenyum kecil diliriknya Jeffry yang juga ikut
tersenyum menggoda. Cadilac coklat yang membawa mereka meluncur di
jalan bebas hambatan ,menuju kota kecil Everett, seperti kendaraan
mimpi buat Saskia. Dihimpunnya semua angan-angan tentang masa depan,
tentang seorang suami, tentang sebuah kehidupan di Amerika, tentang
sebuah keluarga.

Saskia tinggal diapartment Rika, di Park Ridge untuk sementara
waktu. Menemani Rika memasak, berbelanja di Fred Meyer atau Cosco
dan terkadang menjaga sikecil sangat menyenangkan buat Saskia.
Apalagi Cecilia seorang anak yang lucu.Usianya baru tiga tahun tapi
tingkahnya dewasa. Dia sangat menggemaskan setiap orang. Wajahnya
yang campuran sangat unik .perpaduan Rika dan Bruce. Melihat
kehidupan Rika yang jauh lebih baik sesudah dia menikah, membuat
Saskia mensyukurinya karena sang sahabat tidak salah menjatuhkan
pilihan.

Desember 2000

Satu bulan sudah berlalu .Saskia sudah menghabiskan waktu. Hampir
bisa dibilang waktunya bersama Jeffry di Amerika hanya pada saat
akhir minggu saja ,setelah pulang gereja. Itupun kalau Jeffry bebas
dari latihan paduan suara gereja atau kegiatan anak muda yang
dikelolanya dibawah naungan kepastoran. Perbedaan yang amat dalam
sangat dirasakan Saskia karena ternyata Jeffry tidak seperti
bayangannya. Saskia membayangkan Jeffry seorang pria yang penuh
perhatian, romantis, manis dan tahu bagaimana melayani seorang
wanita. Pengharapan yang terlalu tinggi tanpa disadarinya telah
terajut sedikit demi sedikit dan menjadi tumpukan kekecewaan dan
andai-andai yang sia-sia

Walaupun Jeffry mengajaknya jalan-jalan,

melihat kota believue, ke
bothle mengajaknya ke Steven pass atau menyeberang Whidbey island.
Tidak pernah ada pembicaraan kearah yang serius kecuali Jeffry
menceritakan hari-harinya di Amerika yang sudah tujuh tahun.
Menceritakan San Fransisco yang cantik dimana pertama kali dia
menginjakan kaki di Amerika, atau kedatangannya ke Seattle sejak 3
tahun yang lalu dan segudang teman-temannya atau kegiatan-kegiatan
tempatnya bekerja. Lalu terkadang tiba- tiba dia menghilang entah
kemana. Jika Saskia menelpon hanya mesin penjawab telpon yang setia
menrespon dan menyarankan dia untuk meninggalkan pesan. Entah kenapa
hati Saskia tetap merasa kosong sekali.. Mr. Big itu seperti kristal
yang sulit disentuh , seperti gunung es yang sulit dicairkan,
seperti patung Abraham Lincoln yang angkuh atau lebih mirip kota new
york dengan segala keï-hectic-annya.
Hubungan ini tanpa kepastian, Saskia menghempaskan badannya dikasur

"Sabar ya Sas- He just need time to adjust everything. He has no
girl friend almost 7 years. He is so independence dan mungkin dia
harus membiasakan diri dengan hubungan ini" Rika sepertinya dapat
membaca pikiran Saskia
"No Rika. Aku hanya punya waktu satu bulan untuk mengenal dia lebih
dekat disini tetapi sudah satu bulan ini ,aku merasa makin tidak
mengenal dia".
"Beri Jeffry waktu Sas"
"Apa yang harus kulakukan lagi?"
"perpanjang waktu untuk mengenal dia Saskia"
"Lalu aku dipecat dari kantor begitu Rik?" Tanya Saskia tidak
mengerti
"kamu kan bisa ambil unpaid leave darling. Aku percaya kantor
mengerti kalau alasanmu asal masuk akal. Katakan saja ada urgent
things that you have to finish here"
"Apa alasannya?"
"Mengurus pernikahan di Amerika"
"Hah" Saskia tidak habis mengerti ide gila dari Rika
"Believe me that is the only way you can do my dear!"
Saskia tercekat sejenak
"Lalu andai aku tidak menikah bagaimana?"
"Sas, kenapa sih kamu selalu negative thinking. Be positive dong!.
Kalaupun tidak menikah ,nothing to lose kan"
Rika sudah mulai aneh. Tetapi ide gilanya mulai meracuni pikiran
Saskia.
Dengan satu tekad Saskia ,akhirnya menhubungi bosnya di Jakarta
"Morning Ibu , Apa kabar Jakarta ?"
"Hai Saskia! kabar baik. Bagaimana State? Betah jalan-jalannya?"
Suara Sinta, bossnya sangat khas terdengar
"Great mam!.Saya berpikir untuk tidak kembali"
Suara tawa terdengar diseberang sana "Jangan begitu ah. kita masih
butuh kamu loh"
Saskia ikut tertawa
"But this is serious bu. Saya minta ijin untuk perpanjang cuti saya
di Amerika tiga bulan kedepan mam! Dan saya bersedia unpaid"
"what?"
"Ya tiga bulan kedepan"
"Ada apa Saskia? Suara Ibu Sinta mulai terdengar serius. Saskia
mengatur volume suaranya.
"Saya hendak menikah bu. Kami dalam persiapan disini"
"Menikah? Kamu menikah dengan siapa? Dan kenapa dadakan begini?"
"Semuanya begitu cepat bu. Sebenarnya saya juga belum terlalu yakin
untuk hal ini tapi satu hal yang bisa saya lakukan adalah berkorban.
Kalau Ibu ijinkan saya perlu waktu tiga bulan untuk selesaikan semua
acara disini"
"Lalu?"
"Lalu saya akan kembali bulan Februari untuk mengurus pekerjaan saya
di Jakarta dan jika semua berjalan dengan baik,saya akan
mengundurkan diri dari kantor bulan September tahun depan"
Tidak terdengar suara apapun diseberang sana. Saskia sangat yakin
Sinta, bosnya sangat keberatan dengan permintaan tersebut tetapi
Saskia meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan berjalan lancar.
Terdengar helaan nafas diseberang sana
"Saskia, perusahaan kita tetap punya peraturan. Dengan tetap
berpegang pada peraturan tersebut, ibu minta kamu menulis permintaan
tersebut melalui surat secara resmi ke personalia kita" Suara Ibu
Sinta terhenti
"Namun secara pribadi, Ibu mengijinkannya", lanjutnya lagi
"O lord ,you are so awesome. Thanks for your grace" Saskia
mengepalkan tangannya. Yes katanya dalam hati
"Thanks Mam. You are so kind to me"
"Jangan lupa syaratnya ,kirim foto pernikahanmu ya"
Saskia mengiyakan .Ditutupnya telpon. Rika dan Jeffry harus
mendengar ini segera

"What? Are you crazy?" Suara Jeffry mengagetkan Saskia
"Sorry I mean, have you think twice about this Sas?". Memperpanjang
liburanmu disini dengan tidak mendapat gaji selama tiga bulan?",
Suara Jeffry merendah .Saskia terdiam. Jeffry semakin jauh diangan-
angan. Suasana hening sejenak hanya suara pulpen ditangan Saskia
yang dimainkan perlahan seperti takut terdengar oleh siapapun.
Jeffry meraih tangannya
"Sas, saya senang kamu ada disini tapi untuk membiarkan kamu tidak
bergaji selama tiga bulan membuat saya merasa tidak nyaman. Saya
tidak ingin menyusahkan kamu"
Saskia tetap membisu. Jeffry mulai merapatkan tubuhnya. Sambil
meraih pundak Saskia, dibelainya rambut gadis itu .
"Tapi jika kamu yakin untuk memperpanjang liburanmu disini, Fine ,I
will support you"

"Hanya itu kata-katanya Sas?" Rika membelakkan matanya. Sementara
Saskia hanya menunduk. Matanya mulai berkaca-kaca. Sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya,dia berguman
"Useless Rika"
Rika terdiam. Ya,kenapa Jeffry tidak inisiatif bertanya apa yang
medorong Saskia memperpanjang liburannya . Apa yang terlintas
dipikiran Jeffry mengenai semua ini. Rika merasa sahabatnya sudah
berbuat maksimal demi mewujudkan cinta mereka tetapi mengapa tidak
juga Jeffry sensitif Mengapa mereka seperti dua kubu yang saling
tarik menarik gengsi ? Mengapa sulit sekali menyatukan mereka?
Padahal mereka sama-sama orang pribumi. Betapa mudahnya
percintaannya dengan Bruce yang notabenenya bule, expatriate, yang
kultur dan kebudayaannya jelas berbeda.Tetapi mereka mampu mendayung
biduk rumah tangga bersama-sama, hingga hadir Cecilia melengkapi
kehidupan mereka berdua. Semua begitu cepat ,terarah, tetapi kenapa
yang ini tidak? Seribu pertanyaan berkecamuk dipikiran Rika.
Keraguan menyergap dirinya kini. Apakah aku cukup bijaksana memaksa
Saskia untuk tinggal lebih lama?
Rika memeluk sahabatnya
"Kamu natalan bersamaku dan Bruce disini oke? Spend your Christmas
time bersamaku. Forget about Jeffry"

Everett tidak pernah turun salju, hampir bisa dibilang jarang
walaupun hujan cukup deras terkadang tertumpah dari langit. Tapi
entah desember ini begitu menakjubkan. Beberapa hari yang lalu ,
halaman apartment Rika tertutup salju walaupun tidak tinggi.
Rangkaian Black ice dijalanan mulai tercipta. Black Ice sangat
ditakuti oleh pengendara mobil karena penyebab kecelakaan tertinggi
dan fatal.
Saskia mulai melupakan Jeffry . Setiap telpon dari Jeffry
diabaikannya . Rika pun tampaknya tidak lagi memaksakan dirinya
untuk lebih bersabar. Natalpun telah berlalu . Bruce, suami Rika
sudah kembali dari New York dan menghabiskan libur Natal mereka di
Everret . Saskia menghabiskan hari-harinya di perpustakaan Everret
Public Library ,main internet sejam, membaca buku dua-tiga jam,
menjaga Cecilia kalau Rika terlihat repot dengan pekerjaan rumah
tangganya, ikut pesta Natal dengan beberapa kawan Bruce dan Rika.
Bahkan mereka sempatkan pergi ke North beberapa menit dari Everret
mengunjungi keluarga besar Bruce. Dia hanya menghabiskan waktu dua
hari disana dan kembali bersama keluarga Watson, adik bungsu Bruce.
Sementara Rika sekeluarga masih harus menginap disana hingga akhir
tahun nanti.
Saskia tidak berminat untuk berlama-lama lagi di Everret. Untuk
membunuh waktu , kegiatan ke perpustakaan masih kerap dilakoninya
atau naik bis ke where to live apartmen dimana Amanda tinggal. Sejak
keputusannya untuk tidak berharap apa-apa dengan Jeffry ,Saskia
berkenalan dengan seorang gadis setengah baya diperpustakaan. Waktu
itu dia mencari buku trilogy A child called it, Lost Boy and A man
named Dave,, karangan Dave. Tidak ada nama keluarga dibelakang name
Dave tersebut sepertinya lelaki bernama Dave itu tidak ingin
menyandang nama belakangnya.
Amanda ,begitu Saskia mengenalnya membantu mencarikan buku tersebut
dirak buku perpustakaan tersebut
"I read the book already .and it was so interested and I feel sorry
about that. Let me show you where they put those" katanya membuka
percakapan .Saskia langsung menoleh. Sambil mengucap terimakasih
kepada petugas perpustakaan tersebut. Saskia mengikuti langkah
Amanda. Mereka terlibat percakapan yang seru membahas banyak buku.
Amanda seorang gadis yang menarik dan luwes. Dia sangat surprise
ketika Saskia mengatakan berasal dari Indonesia.
"Quite far from here", komentar Amanda
Pertemuan itu tidak hanya sekali dua kali tetapi hampir setiap
hari ,mereka bertemu disana apalagi jika Amanda libur dari tempat
kerjanya ,dia akan menjemput Saskia di apartment Rika dan membawanya
jalan-jalan. Saskia mulai menceritakan keberadaannya di Amerika dan
seperti apa negara Indonesia itu. Sambil tak henti berdecak kagum
dan mengangguk-angguk , Amanda tak kehilangan minat berbicara
"I lived in where to live apartment. I would be happy if you can
stop by sometime. Let me know once you free, I and Tim will cook for
you", katanya suatu hari.
Saskia mengangguk mengiyakan. Mereka berpisah diparkiran
perpustakaan. Gadis itu menaiki mustangnya. Sejak itu Saskia
menghabiskan waktu dirumah Amanda.
Apartmen-nya tidak terlalu besar. Dua kamar dengan dapur kecil dan
ruang tamu yang hangat. Tim adalah room mate lebih tepat dikatakan
house mate karena mereka tidak tinggal disatu kamar. Lelaki
beperawakan sedang itu sangat humoris . Tim merupakan teman baik
Amanda sejak kecil. Tampaknya Tim menaruh hati terhadap Amanda
sementara Amanda sepertinya tidak menyadari hal tersebut.
Pernah sekali waktu Saskia menyinggungnya
"He is my best friend Saskia"
"Tim's ex girlfriend is my cousin and I am not interested to playing
around with him. Besides that I have someone else who I love so much
even though we had separate but I believed one day he will come back
to me sooner or later and I have this faith", imbuhnya suatu hari.
Cinta sesuatu yang misterius. Saskia merapatkan jaketnya udara kian
mengigit padahal ini baru jam lima tiga puluh sore. Sepulangnya dari
tempat Amanda dan Tim, Saskia berhenti dishuttle bis dekat Fred
Meyer .Harus jalan beberapa meter tapi tak mengapa .Saskia pun
bergegas turun, berjalan masuk ke supermarket tersebut. Teringat
harus membeli bacon untuk malam ini. Ah tak terasa, malam tahun
baru. Dia harus memasak sendiri. Rasanya malas kalau harus keluar
dan makan direstoran atau dia bisa saja menghabiskan malam ini
bersama Amanda dan Tim sebenarnya tapi sudahlah tidak ada salahnya
melayani diri sendiri. Saskia makin mempercepat langkahnya. Tampak
semua orang sibuk berbelanja walaupun tidak sepenuh minggu-minggu
lalu sebelum Natal tiba. Well, liburan sudah hampir berakhir. Ah,
apa kabar Indonesia ? Apa kabar Mami? guman Saskia dalam hati.
Teringatnya hari terakhir saat Saskia hendak berangkat. Mami
mengingatkan lagi
"Kamu yakin dengan semua ini Saskia?"
"Ya mam" jawabnya tegas
"Mami gak setuju kalau kamu berangkat untuk nantinya menikah disana.
Ajak lah Jeffry pulang dulu dan bertemu kami keluarga disini"
"Saskia usahakan Mam"
"Papimu sudah tidak ada Sas. Kakakmu Saras sudah menikah dan tinggal
di Ujungpandang .Mami dan Sandy adikmu, tentu berharap kamu disini,
Kalaupun kamu hendak menikah setidaknya kami tahu siapa yang kamu
nikahi", tambahnya lagi
"Mami nanti yang kesana ya" Saskia menutup pembicaraan siang itu
sembari mengecup
pipi ibundanya. Hatinya sudah kandung jatuh cinta pada perkenalan
pertama ditelepon. Saskia bertekad untuk bertemu dengan Jeffry.
Mencari cintanya yang hilang sejak Marcel pergi. Mencari pelabuhan
terakhirnya.

"Sas"
Saskia tercekat, itu Jeffry. Dia mengenal suara Jeffry yang khas .
Saskia mempercepat langkahnya .Tidak ingin dia berurusan dengan
Jeffry lagi. Selesai tahun baru, tepatnya tanggal tujuh
januari ,Saskia akan terbang ke NewYork. Dia putuskan bertemu dengan
Tita teman kecilnya dulu sebelum kembali Ke Indonesia. Jeffry tidak
perlu tahu rencana tersebut.
Jeffry mensejajari langkahnya. "Saya mencari kamu dimana-mana.
Setiap saya telpon Rika selalu bilang keluar. Terakhir Rika pergi ke
North tapi saya tahu kamu tetap ada disini karena apartmen-nya tetap
menyala . Kemana saja kamu selama hampir tiga
minggu ini?"
Saskia tidak menjawab. Siapa bilang aku tetap ada disini. Aku ikut
ke North asal kamu tahu tapi ah apa perdulimu batin Saskia
"Sasi", Jeffry memegang bahunya. Saskia terpaksa berhenti.
"Aku mau bicara", Jeffry menatapnya dalam. Tak kuasa Saskia menatap
matanya
"Beri aku waktu lagi please".
Saskia terpaku tak tahu harus bicara apa.
"Bisa kita bicara baik-baik Sasi?" tanyanya .
Saskia tampak ragu tapi tidak menolak sewaktu Jeffry membimbingnya
ke mobil ford yang terparkir dekat kedai Jack in the box, Jeffry
menyalakan musik .Suara Ron Kenelly menghentak-hentak kebisuan
malam. God is in the house terasa hingar bingar ditelinga Saskia
"Kamu suka lagu ini?" Jeffry memecahkan keheningan
Saskia tidak menjawab
"Aku suka sekali" Jeffry bicara pada diri sendiri. Suasana kembali
hening
"Apa yang Tuhan rencanakan dalam hidupku Saskia?"
Mana kutahu. Tanya sendiri kepada Tuhan. Bukankah kamu lebih jago
hal-hal seperti itu daripada aku? Saskia mengomel dalam hati.
"Tuhan menciptakan wanita dan pria agar mereka dapat beranak cucu
yang banyak dan memenuhi bumi ini" lanjutnya lagi
"Kamu suka anak-anak Saskia?", Jeffry menoleh kesamping mencari
jawaban dari dirinya. Saskia terus memaki dalam hati. Sejak
kedatangannya ke Amerika , bisa dibilang Saskia selalu
mempertanyakan hubungannya dengan Jeffry padahal mereka baru
bertatap muka dua bulan terakhir ini. Apakah dirinya terlalu menaruh
pengharapan yang tinggi. Apakah dirinya yang terlalu menuntut.
Apakah dirinya yang egois?. Tapi bukankah sejak awal perkenalan
Jeffry tahu bahwa Saskia bukan lagi mencari seorang pacar, bukan
mencari kesenangan sesaat. Melainkan seorang belahan jiwa,seorang
suami,seorang lelaki yang dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk
bercerita tentang cinta ,tentang anak-anak, tentang impian masa
depan. Seseorang yang bersamanya,Saskia mau menghabiskan seluruh
hidupnya. Tanpa terasa airmatanya mengalir . Cengeng!. Saskia
kembali memaki dirinya sendiri. Sayangnya Jeffry mengetahui itu
walaupun dia mencoba menyembunyikan wajahnya dengan memalingkan
muka.
Mobil berhenti. Jeffry memarkir kendaraannya . Kota Seattle terlihat
seperti tebaran cahaya ditengah malam. Seperti kunang-kunang
berkelap-kelip . Space Needle berdiri tegak. Cahaya lampunya jelas
terlihat dari ketinggian disini. Alunan musik tetap terdengar.
Saskia merapatkan jaketnya kembali. Walaupun mobil tersebut
menggunakan heater , tetap saja dinginnya udara diwaktu winter tetap
menusuk sampai ketulang-tulang.
"Maaf dear!", hanya itu yang terdengar dari bibir tipis Jeffry.
Saskia mengerutkan dahinya. Masih tidak mengerti maksud Jeffry
"Did Rika tell you something?" Wajah Saskia menyelidik. Jeffry
menggeleng
Sambil menghapus sisa airmata di pipi Saskia, diraihnya tangan
mungil Saskia ,dikecup dan diletakan didada.
"Terkadang aku merasa dapat hidup tanpa siapapun Sas!"
"Rona membuatku hancur. Angan-anganku akan sebuah keluarga pupus
dengan keputusannya menikah dengan orang lain" Jeffry menghela napas
"Disini" masih diletakan tangan Saskia didadanya
"Sudah tidak ada cinta Sasi!"
Saskia menarik tangannya dari dada Jeffry
"Aku tidak memaksamu, Jeffry untuk mencintai aku"Saskia mulai
bersuara. Hatinya makin sakit dengan semua perkataan Jeffry
"Aku jatuh cinta pada perkenalan kita di telpon Jeff. Aku jatuh
cinta dengan semua kesederhanaanmu, aku mencintai kamu apa adanya
tapi akupun tidak akan mengemis apapun dari kamu,kalau kamu memang
tidak mencintaiku Jeff", Suara Saskia sedikit tersendat. Jeffry
menghela napas .Tampaknya sulit mengungkapkan sesuatu sampai
akhirnya bibirnya bergetar bertanya
"Akan kah kamu tetap mencintai aku Sasi jika kamu tahu bagaimana
keluargaku sebenarnya?" Saskia menahan haru. Entah harus bagaimana
bersikap. Mengapa baru sekarang Jeffry mau bercerita? .Jeffrypun
melanjutkan tentang bagaimana kehidupan keras yang dijalaninya sejak
kecil .Kerja kerasnya untuk masuk perguruan tinggi negeri dan
menduduki posisi penting diperusahaan tempatnya bekerja kini.
Keterlibatannya dengan cinta sesaat selama dia ada di Amerika. Entah
berapa wanita sudah disakitinya hingga perkenalannya dengan Saskia
yang membuatnya menjadi berbeda. Tetapi entah kenapa juga Jeffry tak
mampu menghapus bayangan Rona dari kehidupannya. Kepahitan itu
mengejarnya sedemikian rupa.Semakin keras dia mencoba melupakan
Rona, semakin kuat dendam itu mengikat hatinya
"Adikku dipecat dari sekolah pendeta karena menghamili pacarnya.
Ibuku menikah lagi sejak ayahku meninggal. Dia menikah dengan orang
yang salah. Lahirlah adik angkatku yang kini telah dewasa dan
terlibat narkoba. Aku menjadi tulang punggung keluargaku. Kakakku
yang tertua butuh bantuan dana untuk sekolah anak-anaknya. Mereka
bergantung padaku sepenuhnya Sasi. Dikala aku ingin berbagi hati dan
cerita ,kekasihku kabur dengan pria lain tanpa alasan apapun"
"Hidupku hancur kala itu Saskia", Jeffry terdiam sesaat "Lalu kamu
datang"
Saskia ingin protes. Lalu apa salahku. Kenapa aku yang menjadi
sasaran problem hidupmu? . Saskia tak mampu bersuara . tak mampu
berkata-kata. Jeffrypun melanjutkan "Kamu datang dengan tuntutan
komitmen", Jeffry berhenti sesaat.
"Dan aku takut. Aku lari, aku menghindar, aku tak sanggup disakiti
lagi. Aku mengeraskan hati bahwa aku mampu hidup sendiri ,aku mampu
melakukan apapun sendiri seperti yang kulakukan tujuh tahun terakhir
ini. Aku takut tak mampu membahagiakan kamu . Aku bukanlah laki-laki
yang baik, .aku takut komitmen,.aku takut jatuh cinta Sas,.aku"
Saskia tak mampu lagi menahan tangisnya. Ia meletakan jarinya
dibibir Jeffry .memintanya berhenti berkata-kata lagi.
"Terimakasih mau bercerita Jeff. This is what I need from
you .Keberanian untuk membuka diri Jeffï" Saskia memeluk lelaki itu.
Mereka saling berpelukan. Terjawab sudah semua kebimbangan Saskia.
Keterbukaan dan kejujuran itulah yang dibutuhkan Saskia selama ini.
Jeffry menatap Saskia dalam dan mengecup bibirnya mesra. Lembutnya
kecupan itu seperti menerbangkan Saskia ke lautan tanpa ujung.
Betapa Saskia mencintai laki-laki ini dengan segala keberadaannya.
Gunung Es itu sudah mencair. Karang itu sudah melunak Mereka
berpelukan lagi. Mars and Venus sesuatu yang berbeda tapi tetap ada
satu jembatan yang dapat menyatukannya. Cinta dan toleransi.
"Please don't go Sasi!, Maafkan aku"
Saskia erat memeluk Jeffry . Hidup bagaikan biola. Jika digesek
terdengar alunannya. Senar-senarnya harus tetap terjaga agar jangan
ada yang terputus oleh gesekannya. Sang biolanist harus mampu
mengimbangi lantunannya. Itulah musik kehidupan
"I won't go Jeff".
Malam tahun baru bergulir seiring percikan warna kembang api dari
space needle yang rutin tiap tahun dinyalakan. Seiring dengan cinta
Saskia yang menemukan kapalnya, walau kapal itu belum mampu menepi
tapi Saskia yakin suatu hari pelabuhan terdekat akan disinggahi sang
kapal dan ia tidak lagi pergi berlayar. Dan pelabuhan itu adalah
Saskia. I have this faith, teringat kata-kata sang kawan yang
dikenalnya diperpustakaan lokal dikota Everett.


Information From

Tidak ada komentar: