Jumat, 21 November 2008

Akulturasi Materi Training

Oleh : Reza Ervani
Agrabinta, Cianjur Selatan
Tempat training itu sederhana sekali. Sebuah lapangan luas di depan sebuah SD Inpres sederhana. Sebuah panggung permanen di bagian barat lapangan memang dirancang untuk acara-acara rakyat.
Aku baru saja menyelesaikan sholat zuhur di surau kecil yang cukup luas. Udara yang berhembus sepoi-sepoi, menelisik di sela lubang-lubang kecil di dinding, dingin tapi menyegarkan. Lantainya juga dari anyaman bambu, tidak langsung menyentuh tanah, karena sengaja dibuat sedikit tinggi, semacam rumah panggung. Rehal diselip-selipkan di kayu penahan dinding. Quran dan kitab barjanzi tampak disekitarnya.
Dikanan ada balong yang cukup lebar, biasa digunakan untuk berwudhu. Pepohonan bambu tampak sejauh mata memadang. Tumbuh di lengkungan lembah dan bukit, tersusun dan terukur dengan presisi. Gerak lembut dedaunan mengikuti irama angin, menambah segar hati. Gemerisik daun sesekali ditingkahi dengan suara kambing dan meuri. Membuat mau tak mau bibir menyunggingkan senyum. Harmoni khas Cianjur Selatan. Berdiri memandang semuanya sungguh membuat tak henti-hentinya bibir mensucikan namaNya.
Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, (Al Quran Al Karim Surah. Qaaf ayat 7)
Maha Suci Allah.
Indonesia memang luar biasa. Semua gambaran tentang surga di dalam Kitab Suci ada disini. Mata air jernih dan sungai yang mengalir, buah-buahan yang muah memetiknya, sutera halus yang hijau, sutera tebal, semuanya bisa engkau dapatkan disini.
Indah ... Sangat Indah
Tak banyak yang tahu kalau aku berdarah Sumatera, lahir jauh di seberang sana. Perpaduan budaya Melayu dan Sunda memberikan cara pandang sendiri tentang negeri cantik ini. Menumbuhkan cinta yang membuncah setiap bercerita tentang bangsa ini.
Suatu saat aku ingin sekali mendengar kolaborasi akordeon dan biola Melayu dengan kacapi suling Sunda. Yang diengarkan sambil menyantap mi lakse dan kue bingke juga nasi liwet dan lalapan. Berbalas pantun dan melantunkan pupuh.
Aku acap kali merenung. Betapa sedikitnya yang kutahu tentang tanah air ini.
Bukankah ada hikmah kenapa setiap Nabi diturunkan dalam bahasa ummatnya. Jadi kenapa pula diri ini tak belajar berbahasa dengan bahasa pribumi dalam bernasehat.
Ada teori psikologi sosial yang kaya di sudut-sudut kehidupan negeri.
Kau tak perlu ambil sepenggal cerita dari Chicken Soup for Parent’s Soul, karena di negeri ini tiap lebaran, sang anak rela berkeringat di kereta-kereta kumuh hanya untuk mencium tangan keriput ibu dan ayahnya. Menangis dalam-dalam mereka jika kesempatan itu mereka lewatkan dan harus menunggu tahun depan.
Ada ribuan Totto Chan di pintu-pintu sekolah kampung. Kaki mereka kuat, karena cinta guru ngajinya membuat tiap senja melangkah di pematang. Bahkan dulu ketika aku kecil, kami berbaris masuk kelas, satu persatu mencium tangan kanan guru yang tangan kirinya membelai lembut kepala mungil kami.
Disini trainer mereka sebut ajengan dan kiyai. Trainee mereka sebut santri dan Experiential Learning mereka bahasakan dengan amal.
Ah, apapun itu ... Aku Cinta Negeriku, Aku Cinta Indonesia ...
Salam,
Al Faqir Reza Ervani
0818648142

Information From

Tidak ada komentar: