Senin, 17 November 2008

Choice Theory - contoh kasus (1)

"Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results," --Earnie Larsen
Berikut salah satu sesi konseling si Om Glasser dengan pasiennya, yang coba saya terjemahkan.
Untuk menggambarkan apa yang saya (Glasser) maksud, biarkan saya
menunjukkan pada Anda bagaimana saya mengkonsultasikan seorang
wanita berumur 45 tahun yang bercerai. Sambil membaca apa yang saya
lakukan, cobalah menempatkan diri Anda pada posisi klien. Namanya
Linda, dan saya akan mulai dari saat ia duduk di kantorku.
"Anda katakan di telepon bahwa Anda mengalami beberapa kesulitan.
Bisakah Anda katakan lebih jelas tentang apa yang terjadi?"
"Well, sebenarnya, dokter saya yang menyuruh saya datang. Saya
menderita ketegangan sakit kepala yang luar biasa, kau tahu, yang naik
kebelakang lehermu dan berdenyut2 di dahimu. Kupikir aku menderita
tumor otak."
"Saya yakin doktermu sudah melakukan cek-up menyeluruh, CAT
scan, semuanya."
"Benar, ia tidak menemukan apapun. Jadi katanya saya mungkin
menderita stress dan merekomendasikan saya untuk menemui anda.
Kalau saya nampak skeptis, itu karena saya tidak merasa bahwa rasa
sakit seperti itu bisa disebabkan oleh stress, apapun itu."
"Well, apapun yang kita lakukan, itu tidak akan membuat masalah
jadi lebih buruk, jadi silahkan kembali menemui dokter Anda atau
dokter lain sekiranya apa yang kita diskusikan tidak menolong Anda."
Saya selalu mengatakan ini kepada orang yang dikirim oleh dokter.
Ini meyakinkan mereka bahwa saya tidak berpikir mereka gila atau bahwa
dokter mereka benar. Saya mencoba datang sebagai seseorang yang
akan menolong dan, lebih penting lagi, sebagai seseorang yang bersedia
mendengarkan apa yang mereka katakan. Banyak dokter sekarang,
terjebak dalam kebutuhan akan perawatan teratur (managed care), tidak
punya waktu untuk melakukannya.
"Menurut saya, stress sangat sederhana. Ia timbul ketika sesuatu
dalam hidupmu tidak sesuai dengan keinginanmu. Dari pengalamanku,
stress paling sering timbul dari hubungan yang tidak memuaskan. Apakah
ada orang-orang tertentu yang tidak berbuat apa yang kau ingin mereka
perbuat?"
"Well, untuk bertahun2 lamanya orang itu adalah suami saya, tapi 4th
yang lalu saya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu, jadi bukan
dia orangnya. Saya sangat senang pada orang2 yang bekerja dengan
saya. Saya punya bos yang buruk selama 5 tahun dan ia selalu
memojokkanku, tapi bos baruku menyenangkan. Kalau saya akan
menderita sakit kepala akibat stress, seharusnya saya sudah
mendapatkannya saat itu. Saya melenyapkan bos saya dan suami
saya di tahun yang sama. Saya sungguh merasa lebih baik sesudahnya,
tapi sakit kepala ini baru, hanya beberapa tahun belakangan."
"Apakah Anda punya anak di rumah, remaja?"
"Ya, Samantha; Ia berumur 16 jalan 17 tahun, dan ia bermasalah."
"Anak perempuan di umur segitu memang bisa. Bagaimana hubungan
Anda dan Dia ?"
"Jujur, itu sudah sampai tahap di mana saya tidak sanggup melihat
dirinya. Ia adalah manusia yang paling menjengkelkan, bermulut kasar;
yang pernah saya temui dalam hidup saya. Saya muak dengannya."
"Kukira ia layak dibicarakan. Ceritakan lebih banyak lagi tentang
ada apa dengan dirinya?"
"Well, Ia tidak pernah melakukan apapun yang kusuruh. Dan ketika
aku mengeluh tentang itu, ia hanya memutar bola matanya dan
mendiamkan-ku. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya dikamarnya
dengan pintu terkunci bertelpon atau mendengar musik itu. Syukurlah,
pintu itu padat, tapi getarannya menggoncang rumah."
Masalahnya adalah Samantha, tapi yang menyulitkan adalah kenyataan
bahwa Samantha, untuk semua protes Linda, masih berada dalam quality
wolrd Linda dan Linda dalam quality world Samantha. Suami dan bos yang
buruk tidak membuat Linda sakit kepala, karena ia bisa membuang orang2
ini dari quality world-nya. Tidak demikian hal-nya dengan Samantha; Ia
selamanya dalam quality world Linda. Dan karena Samantha ada di sana,
Linda sungkan untuk memberitahu ku tentang dia. Aku harus menggali
sedikit lebih dalam dari apa yang ku tulis di sini.
"Saya cukup yakin bahwa mungkin Samantha lah masalahnya. Apakah
Anda bersedia untuk berbicara tentang hubungan Anda dengannya?"
"Ya, Saya harus bicara dengan seseorang. Apa kau pikir kau bisa
membantuku? Saya hampir sampai pada titik dimana saya pikir sudah
tidak ada harapan. Hanya tinggal dua tahun lagi sebelum ia pergi kuliah.
Syukurlah Ia cukup baik di sekolah."
"Saya tidak yakin Anda bisa bertahan seperti ini setahun lagi, dan saya
yakin bisa membantu Anda. Tapi saya perlu Anda memberitahu saya hal
yang lebih spesifik. Lebih dari sekedar ia mengunci pintunya dan bicara
ditelepon. Anda bisa hidup dengan itu. Pasti ada yang lainnya, sesuatu
yang membuat anda lebih berhubungan dengannya dan ini terjadi terus
sehingga kau merasa putus asa."
"Ok, saya orang yang mudah terganggu. Saya bekerja di sebuah bank
dimana semuanya harus benar. Saya sangat baik dalam perkerjaan saya,
dan gaji saya cukup lumayan. Dan saya yakin Anda dapat menebak sisanya."
"Mungkin saya bisa, tapi itu akan menghemat waktu saya jika Anda
memberitahu saya."
"Saya pulang dari bekerja dan saya ingin melihat dapur yang bersih
sebelum saya mulai makan malam bersama. Yang saya minta hanyalah
Ia membersihkan dapur sebelum saya pulang pada jam 5:30 sore. Itu saja;
tidak banyak - 10, 12 menit- apakah itu permintaan yang terlalu banyak?
Saya tidak keberatan menyiapkan makan malam; Saya bahkan menyiapkan
mejanya, karena saya suka melakukannya dengan benar. Ia membantuku
mencuci setelah makan, tapi dapur kotor itu, hanya beberapa piring kotor
bekas sarapan dan beberapa kotoran dari camilan malam sebelumnya
dan setelah sekolah. Ia makan camilan segera setelah pulang ke rumah;
hampir semuanya adalah sampah-nya. Saya melihatnya setiap saya lewat
pintu; setiap hari sialan (every God-damned day). Maafkan bahasa saya,
tapi hal itu membuat saya gila.
"Itu kelihatannya memang bukan permintaan yang sulit. Saya tidak
mengerti mengapa Anda punya begitu banyak masalah denganya untuk
hal kecil ini."
"Well, Ia biasa melakukannya, tapi ia begitu payah sehingga saya
harus melakukannya lagi sendiri. Saya selalu mengatakan padanya, 'kalau
kau tidak bisa mengerjakannya dengan benar, jangan kerjakan sama sekali,'
dan sekitar dua bulan yang lalu ia berhenti. Saat saya pulang, ia tidak
mengatakan apapun tapi ia memberiku pandangan itu 'Ini rumah mu, jika
kau tidak suka dengan cara kerjaku, kerjakan saja sendiri. Lihatlah, hal
itulah yang harus kuhadapi, sikap buruknya. Sungguh tidak menyenangkan."

Information From

Tidak ada komentar: