Dikutip dari  www.astaga.com  
Sekilas menjadi pemimpin  kedengarannya enak.  Karena pemimpin itu punya kedudukan, punya gaji besar, dan  punya sejumlah anak buah yang selalu siap diperintah ini itu.  Umumnya pemimpin  pun selalu dihormati dan mendapat apresiasi yang tinggi di mata rekan-rekan dan  anak buahnya.  Maka jangan heran kalau selama ini banyak yang berangan-angan  jadi pemimpin di kantor.  Entah itu pemimpin suatu divisi,  pemimpin tim kerja, apalagi pemimpin perusahaan.
  
 Padahal sesungguhnya jadi pemimpin  itu ngak gampang loh.  Terlebih pemimpin di level teratas seperti Presiden  Direktur atau Chief Executive Officer (CEO).  Untuk menjadi pemimpin teratas  tentu saja membutuhkan perjalanan yang cukup panjang. Tanggung jawab yang  diembannya pun tidak sedikit.  Seorang pemimpin dituntut untuk mampu menggiring  perusahaan mencapai kesuksesan dan kemajuan bersama dan harus bisa menjadi tokoh  panutan bagi anak buah yang dipimpinnya.  Karena itu pemimpin harus menjaga  performa, sikap, tindakan, dan tutur kata.  Toh, sesulit-sulitnya menjadi  pemimpin, masih tetep aja banyak orang yang bermimpi jadi  pemimpin.
  
Banyak orang yang berangan jadi  pemimpin disebabkan oleh pikiran bahwa pemimpin adalah orang yang selalu  disegani, dihormati, disanjung bahkan dipuja.  Jika tujuan anda menjadi pemimpin  hanya untuk mendapatkan segala macam sanjungan dan puja-puji, anda tidak akan  pernah mampu menggiring anak buah mencapai tujuan bersama.  Anda hanya berfungsi  sebagai majikan bukan pemimpin.  Loh kok? Emang apa bedanya pemimpin dan  majikan...?
  
 Sepintas pemimpin dan majikan tidak  ada bedanya.  Keduanya sama-sama orang nomer satu di dalam wadah yang  dipimpinnya.  Tapi jangan salah lho, ada perbedaan mencolok antara pemimpin dan  majikan.  Coba ingat baik-baik, seorang majikan lebih berorientasi pada  kepentinganya pribadi sedangkan pemimpin berorientasi pada tujuan dan  kepentingan bersama.
  
 Seorang majikan merupakan pemimpin  yang suka memerintah untuk kepentingannya pribadi, kadang-kadang dengan dalih  untuk kepentingan bersama.  Ia pandai memanfaatkan anak buah untuk mencapai  apapun yang diinginkannya.  Ia juga selalu merindukan  puja-puji dan sanjungan, tanpa peduli ia layak disanjung atau  tidak.
  
 Parahnya seorang bermental majikan  tidak suka mendengar saran, kritik dan pendapat dari anak buah.  Ia lebih suka  kalau anak buah lah yang mendengarkan dan menerima pendapatnya.  Hal ini  disebabkan karena majikan memiliki tujuan pribadi bukan tujuan bersama.  Seorang  majikan ingin apa yang dilakukan anak buanya akan memberi keuntungan pribadi  bagi dirinya.  Sebaliknya, seorang pemimpin sejati selalu memikirkan kepentingan  dan kemajuan bersama.
  
 Jadi, pada prinsipnya seorang  pemimpin bukanlah majikan.  Begitu juga majikan bukanlah seorang pemimpin.   Meski keduanya sama-sama memiliki konsep orang nomor satu, namun keduanya  berbeda dalam cara pandang, sikap dan tingkah laku.  Nah, coba sekarang  perhatikan deh bos anda di kantor?  Apakah ia seorang bermental majikan atau  pemimpin sejati..?  kalau bos anda seorang pemimpin sejati, beruntunglah anda!
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar