Sabtu, 17 Januari 2009

Mengapa Kita Dukung Palestina?

Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina,
atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap Negara
tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina diserang. Ngapain sih
mendukung Palestina?

Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita bukan
orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah, dan juga
karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak berpengaruh pada
kegiatan kita sehari-hari.

Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia malah
berhutang dukungan untuk Palestina.

Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17
Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de
jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari
bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan
dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.

Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan
Mesir, seperti dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar
Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan
Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta
(Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri
RI ), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan) , dan
Jenderal (Besar) A.H.
Nasution.

M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada
hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina
terhadap kemerdekaan Indonesia , di saat negara-negara lain belum berani
untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti
besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia :

".., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan 'ucapan
selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke
Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan
'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia . Berita yang disiarkan radio
tersebut dua hari berturut- turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian
"Al-Ahram" yang terkenal telitinya juga menyiarkan." Syekh Muhammad Amin
Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan
menyambut kedatangan delegasi "Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia " dan
memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui
generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.

Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar
memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat
bersimpati terhadap perjuangan Indonesia , Muhammad Ali Taher. Beliau adalah
seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di
Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: "Terimalah semua kekayaan
saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia .."

Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI
pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul
oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk
secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan
itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara
merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan & pembahasan tentang
Indonesia di lembaga internasional.

Dukungan Mengalir Setelah Itu

Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia menjadi
sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk 'Panitia Pembela
Indonesia '. Para pemimpin negara dan perwakilannya di lembaga internasional
PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong diangkatnya isu Indonesia dalam
pembahasan di dalam sidang lembaga tersebut.

Di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada Indonesia
oleh masyarakat Timur Tengah. Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya
10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya , demonstrasi anti
Belanda-Inggris merebak di Timur- Tengah khususnya Mesir. Sholat ghaib
dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur
Tengah untuk para syuhada yang gugur dlm pertempuran yang sangat dahsyat
itu.

Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca
Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal
"Volendam" milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port
Said.

Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir, berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah-putih - tanda
solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau
blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air
& makanan untuk kapal "Volendam" milik Belanda yang berupaya melewati
Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan. Kemudian motor boat besar
pengangkut logistik untuk "Volendam" bergerak dengan dijaga oleh 20 orang
polisi bersenjata beserta Mr. Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal
Inggris, dan Direktur perusahaan pengurus kapal Belanda di pelabuhan. Namun
hal itu tidak menyurutkan perlawanan para buruh Mesir.

Wartawan 'Al-Balagh' pada 10/8/47 melaporkan:

"Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar itu
dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang kamar
stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar
itu kejuruan lain."

Melihat fenomena itu, majalah TIME (25/1/46) dengan nada minornya
menakut-nakuti Barat dengan kebangkitan Nasionalisme- Islam di Asia dan
Dunia Arab. "Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti di
Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya untuk
membebaskan diri dari Eropa."

Melihat peliknya usaha kita untuk merdeka, semoga bangsa Indonesia yang saat
ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak melupakan peran bangsa bangsa
Arab, khususnya Palestina dalam membantu perdjoeangan kita..(Lihat foto bung
Hatta, Hj Agus Salim, Mufti Palestina syaikh Amin Husain, dan pemimpin Mesir
di attachement supaya kita kenal wajah wajah dari tokoh pembela Indonesia
ini)

NB: diantara tokoh gerakan islam yang aktif menyuarakan pembelaan adalah
Asy-Syahid Hasan Albanna.

Statement Tokoh dalam buku ini:

Dr. Moh. Hatta
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Karena dengan
pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup bagi Belanda
untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai selalu dilakukannya di
masa-masa yang lampau."

A.H. Nasution
"Karena itu tertjatatlah, bahwa negara-2 Arab jang paling dahulu mengakui RI
dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke Jogja dan jang paling
dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-2 Indonesia di luar negeri.
Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen, memelopori pengakuan de jure RI
bersama Afghanistan dan IranTurki mendukung RI. Fakta-2 ini merupakan hasil
perdjuangan diplomat-2 revolusi kita. Dan simpati terhadap RI jang tetap
luas di negara-2 Timur Tengah merupakan modal perdjuangan kita seterusnja,
jang harus terus dibina untuk perdjuangan jang ditentukan oleh UUD '45 :
"ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial".

**"Perumpamaan kaum muslimin yang saling kasih mengasihi dan cinta mencintai
antara satu sama lain ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota berasa
sakit maka seluruh tubuh akan turut berasa sakit dan tidak dapat tidur." (
HR Bukhari )*

Tidak ada komentar: