Latar belakang kita berbeda, mungkin saja dia tumbuh dengan cukup air dan sinar, maka aku cukup tumbuh dengan bantuan musim-musim.
Ragaku tidaklah seperti tumbuhan yang cukup rindang dan kokoh, biarpun akarku kuat menghujam bumi tapi dahan-dahanku mudah goyah tersapu angin, tapi tidak bagi jiwaku.
Aku bukanlah seorang Arjuna, kekerdilan- lebih tepat kiranya bila kau ingin bayangan tentang diriku.
Tubuh dan jiwaku bersifat universal, milik dunia yang mengagungkan cinta dan damai, walau aku tertidur atau bahkan mati jalinan kata2 ku akan tetap hidup dan terjaga karena ia bebas dan abadi.
"Mahadewi" itu nyata, tercipta takkala aku melihat engkau menengadahkan tangan kelangit memohon sesuatu kepada sang Pencipta, dan saat itu aku tertegun melihat kecantikan fisik dan jiwa dari seorang Hawa....
Saat aku melihat kecantikan itu tanganku seakan terulur untuk membawanya kedalam hati, begitu juga saat diriku memandangmu,tak ada kata yang dapat kuucap, kuterjemahkan segala yang ada dalam puisi , cermin khayalan intuisi dan imajinasi dari seseorang yang terpenjara sepi yang bercerita tentang kehidupan, kematian dan juga cinta ...
Bila ku sempat menggangu tidurmu aku mohon maaf, akupun terganggu tidur- dari rasa salahku , yang membiarkan semua ini berjalan, tanpa ku tahu kau menyukainya atau tidak.
Kubangun atau kuhancurkan segala khayalanku itu ?....aku tak tahu harus berbuat apa, biarlah waktu yang akan menjawab semua itu, biarlah puisiku yang membisikkan semuanya padamu, karena ia wakil segala ungkapan hati yang ada dibumi, yang bercerita tentang kau dan aku.
Takkala aku melihat bunga berwarna kuning, kamu sering berkunjung kesana menjemput impian hati, di sana juga kita sempat berjumpa dalam takdir Tuhan, walau kau tidak bertatap muka denganku, dan aku melihat kamu disana....aku melihatmu dalam kekhusyuan shalat....
Karena apalah artinya diriku, maka aku tidak berusaha untuk menyapamu , aku bukanlah siapa-siapa, aku tak ingin menjadi hantu yang tiba-tiba memperkenalkan diri dengan segala impian yang ada dibenaknya, dan bisa saja dirimu melihatku sebagai makhluk yang aneh, bila ku tetap mengikuti hasrat...
Untuk itu kuredam hasratku untuk menyapa dan menghampirimu...biarlah kejadian yang serba kebetulan itu , menambah keasyikanku untuk mencipta....sudah cukup bahagia kurasakan- saat pertemuan yang ganjil itu...bahwa aku benar-benar melihatmu dibelakang saf-ku.....jiwaku bergetar -"ku berdiri didepannya !", aku tak percaya dengan apa yang terjadi,....ketika ku selesai kau tidak ada disana lagi.....biarlah segala keterkejutanku dan pertemuan tiga menit ini , menjadi jawaban bagi puisi-puisiku yang selama ini membisu, karena tak ada yang menjawab seruannya......."seandainya dia tahu!".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar