Jumat, 24 Oktober 2008

Nude Raider

Oleh:
Audifax
Peneliti di IISA-Surabaya dan Penulis buku “Imagining Lara Croft” (Jalasutra, 2006)
Mang Ucup:
Dear all!
Mang Ucup mengalami problem kejiwaan nih, mungkin ada rekan2 yg bisa bantu, masalahnya berdasarkan tulisan saya bahwa foto bugil itu tidak haram, maka saya mendapatkan komentar dari seorang psikolog perempuan, dimana ia juga sekalian mo nge-test apakah junior nya mang Ucup masih bisa "ON" tidak, hanya sayangnya tetap azah "OFF" tuh padahal test sudah dijalankan sebaik mungkin, keadaan kesehatan mang Ucup juga normal 100% jadi tidak impotent, bahkan punya istri yg usianya 25 th jauh lebih muda, apakah ada yg tidak beres dgn kejiwaan saya??? Pls help me[1]
Lia Sexy:
Hmm..tapi saya pribadi sependapat lah dengan pak Taat dan mas (ato mbak?) gotho ini. Untuk model pengetesan yang diberikan oleh ibu psikolog itu, sepertinya kurang apropiate deh mang. Karena proses imajiantif sendiri (yang tidak dilakukan berdasarkan impuls pribadi, melainkan karena command2 tertentu) sangat bergantung dari sikonnya juga. Semisal, untuk membayangkan wanita cantik nan sexy, plus bugil tentunya, tidak hanya cukup membayangkan saja (apalagi perintahnya dari email, apa ga keganggu tuh proses imajinatifnya?). Tapi perintah untuk berimajinasi tersebut juga dipengaruhi oleh suara insturkturnya juga. Sama seperti kita melakukan proses relaksasi antar psikolog-client, si client bakal kesusahan tuh berelaksasi-ria via email, walaupun perintah di email diminta untuk membayangkan pegunungan yang sejuk, dengan kicau burung yang riang, bla..bla..bla..
satu hal lagi, terlalu banyak melihat yang bugil2 itu mang, memang bisa me-reduce sensitifitas juga. So, ga salah juga, kalo mang ucup udah "kebal" sama yang bugil, karena sudah sangat terbiasa. Di lain pihak, bukankah yang sedikit "mengintip" akan lebih menimbulkan deg-deg serr tuh?..karena curiousitasnya lebih tinggi.
Tapi..overal...saya masih bisa bilang, kalo mang ucup sehat-sehat mawon koq,[2]
Mang Ucup:
FONT >Bagaimana kalau mang Ucup di test lagi dgn praktek nyata jadi bukannya hanya di dunia maya saja melainkan boleh ngintip mba Lia secara real
Hanya sekedar test lho:- ) Untuk membuktikan bahwa teori mba Lia itu tokcer
Itu tadi sekelumit dialog antara Mang Ucup dan Lia Sexy di bulan September 2005 di milis Psikologi Transformatif. Ya, memang yang sedikit mengintip akan lebih menimbulkan ded-deg serr, seperti dikatakan Lia atau bisa saya katakan di sini sesuatu yang ‘tidak utuh’ justru menimbulkan hasrat untuk mengutuhkannya sesuai apa yang dihasrati pelihat. Atau apa yang ‘berjarak’ justru memberi kemungkinan pada pelihat untuk mengisi sendiri ‘jarak’ antara diri dan yang dilihat, dengan pemaknaan yang memang diinginkan.
Di sinilah saya ingin membahas lebih jauh mengenai voyeur dan fetish [bukan, bukan bumbu yang di Jawa Timur biasa dipake campuran rujak atau tahu campur, itu ‘Petis’ bukan ‘Fetish). Kalau anda kebetulan membaca esei yang saya tulis ini secara online, anda mungkin menyadari bahwa ada begitu banyak ‘pose telanjang’ yang tersedia di internet, yang mengindikasikan ada begitu banyak juga ‘Penelusur Ketelanjangan’ atau ‘Nude Raider’. Tapi coba anda renungkan juga, bukankah ‘ketelanjangan’ yang tersedia di internet ini erat kaitannya dengan sesuatu yang tak utuh dan sesuatu yang berjarak? Ia tak utuh karena kita sebenarnya “cuma dibolehkan mengintip” oleh para pelaku ketelanjangan itu dan ia berjarak, karena anda bisa melihat jarak antara anda dan layar monitor dan jika anda perhatikan dari layar monitor ke arah ‘objek’ juga ada jarak lagi (kedalaman 3 dimensi).
Di sini jelas juga bahwa yang dicari bukan ketelanjangan yang biasa, seperti yang dalam cerita Mang Ucup di atas dan dijelaskan lebih jauh oleh Lia bahwa memang wajar sudah tak bisa ereksi dengan ketelanjangan yang biasa. Jika mau membahas hal ini, memang ada begitu banyak pintu masuk, tetapi untuk kali ini, saya akan membahas melalui pintu Voyeur dan Fetish, karena kebetulan juga saya pernah melakukan penelitian seputar ini dalam “Imagining Lara Croft”, yang bisa anda beli di toko buku jika ingin mendalaminya lebih jauh. Voyeur secara sederhana bisa kita katakan sebagai keingintahuan yang telah meningkat menjadi obsesi ngintip, sedangkan fetish adalah pemujaan terhadap tubuh atau bagian tertentu dari tubuh, bisa rambut, sepatu hak tinggi, kaki, baju tertentu, payudara dan sebagainya, variannya bisa macam-macam.
Konon, ketika objek ‘Nude’ itu ‘tak lengkap’ dan ‘berjarak’, justru ada keasyikan tersendiri. Ketika objek tak lengkap, tetapi membentuk pola tertentu yang menstimulasi, maka secara psikis individu melakukan Gestalt atau upaya mengutuhkan, melengkapi sendiri bagian yang hilang melalui proses imajinasi perseptualnya. Begitu pula seperti dijelaskan Jacques Lacan, psikoanalis Perancis, yang mengatakan bahwa pada jarak antara mata dan objek yang dilihat manusia mengisikan pemaknaan yang melapisi objek tersebut, sehingga objek itu tak sekedar objek, tetapi memiliki makna tersendiri bagi pelihatnya.
Fenomena ini sempat saya bahas mendalam pada “Imagining Lara Croft” dalam pembahasan mengenai “NudeRaider”. “Nude Raider” dalam Lara Croft ini adalah nama plesetan dari Tomb Raider, yang digunakan untuk menamai sebuah fenomena melihat Lara Croft secara telanjang dalam permainan Tomb Raider. Lho kok bisa? Bisa saja!. Tidak percaya? Kalau anda kebetulan saat ini sedang online, cobalah search dengan Yahoo atau Google dengan kata kunci “Nude Raider”, maka anda akan menemukan sejumlah situs yang menyediakan patch file Nude Raider secara gratis. Patch file itu, jika anda pasang dalam permainan Tomb Raider, maka Lara Croftnya sudah tak akan lagi muncul dalam pakaian minim seperti biasa, melainkan telanjang. Lalu anda bisa memainkan Lara Croft tanpa busana, menembak, berlari, berguling. berenang, melompat dan lain sebagainya.
Patch fileNude Raider ini diciptakan oleh penggemar Lara Croft dan telah mendunia. Nude Raider ini terlepas dan bukan tanggung jawab dari Eidos, karena yang bikin adalah para penggemar Lara Croft yang tak puas dengan baju minim Lara Croft dan pingin melihat ‘ketelanjangan’ yang tidak biasa. Tapi benarkah Eidos sepenuhnya terlepas? Nah, di sinilah kita bisa membahas lebih lanjut apa yang saya jelaskan sebagai Gestalt. Seperti anda tahu, kostum Lara Croft sendiri, sejak awal game ini keluar, sebenarnya dalam dunia nyata tidak make sense untuk semua tugas yang mesti dijalani. Kostum itu sudah ‘setengah terbuka’. Lalu dalam edisi terbaru Tomb Raider, yaitu ‘Angel of the Darkness’ penggemarnya bisa menyaksikan tampilan grafis yang mendekati sempurna. Lara tampil begitu riil dengan baju yang menerawangkan ‘isinya’ dan ketika Lara melompat, (maaf) payudaranya pun dapat turut bergoyang, seakan-akan nyata.
Di sinilah saya ingin mengundang terlebih dulu pendapat-pendapat dari rekan-rekan yang kebetulan membaca esei ini mengenai fenomena di atas. Bukankah ‘sesuatu yang melapisi objek pandang’ ini juga kerap kita lihat di iklan-iklan atau sinetron? Dan pemirsa juga lalu melakukan Gestalt sesuai hasratnya masing-masing? Apakah dalam hal ini perempuan memang menjadi objek seksual dari para pemegang modal? Lebih detil lagi, karena kita sekarang di dunia cyber, apakah dunia cyber adalah sebuah ‘arena’ yang memberi kesempatan luas untuk mengeksploitasi perempuan dan karenanya mengandung bias gender?. Atau anda yang membaca buku "Imaging Lara Croft" bisa juga mendiskusikan hal-hal yang saya bahas dan temukan di dalamnya. Dengan pertimbangan agar diskusi terfokus dan makin memperkaya satu sama lain, saya mengundang anda untuk berdiskusi di milis Psikologi Transformatif (www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif).
© Audifax – 29 Januari 2007
Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia “Lia” Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis Kartika.

Information From

Tidak ada komentar: